Membaca Ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus Dalam Perspektif Peribahasa Orang Ngadha Tentang Hidup Persaudaraan

NAU, Yohanes (2021) Membaca Ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus Dalam Perspektif Peribahasa Orang Ngadha Tentang Hidup Persaudaraan. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf
Restricted to Registered users only

Download (647kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (785kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (740kB)
[img] Text
BAB IV - DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (663kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan (1) menggali dan menelaah pesan-pesan tentang hidup persaudaraan dalam ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus, (2) meneliti peribahasa-peribahasa orang Ngadha tentang hidup persaudaraan dan (3) membaca ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus dari perspektif peribahasa orang Ngadha tentang hidup persaudaraan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan wawancara langsung pada narasumber. Objek yang diteliti adalah pesan-pesan dan nilai hidup persaudaraan yang terdapat dalam ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus. Penulis berusaha menelusuri keseluruhan naskah dengan melihat kata atau kalimat yang berkaitan dengan hidup persaudaraan dalam ensiklik ini. Penulis melihat bahwa sumber data utama dalam karya ilmiah ini adalah ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus dan juga narasumber yang diwawancarai oleh penulis. Semua data ini dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan maksud dan persoalan utama karya ilmiah ini. Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa ensiklik Fratelli Tutti Paus Fransiskus memiliki pesan-pesan yang bisa dibaca dari perspektif pata dela orang Ngadha. Ada beberapa poin yang ditemukan oleh penulis. Dalam peribahasa modhe ne’e hoga woe meku ne’e doa delu ditemukan suatu ajakan untuk menjalin suatu relasi yang terbuka dengan siapa saja tanpa membuat perbedaan latarbelakang suku, agama, golongan dan ras. Orang Ngadha yang sebagain besar beragama katolik diundang untuk membangun persaudaraan universal dengan berlaku baik dan lemah lembut kepada siapapun. Prinsip ini sangat ditekankan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti. Dalam upaya mengembangkan persaudaraan universal itu dibutuhkan suatu sikap berbela rasa dan solider terhadap satu sama lain. Pokok ini bisa dimengerti sebagai sikap saling tolong-menolong satu sama lain. Para leluhur Ngadha sudah mewariskan kebajikan ini dalam ungkapan, su’u papa suru sa’a papa laka. Ungkapan ini mengekpresikan prinsip kerja sama dan gotong-royong demi mengatasi beban dan kesulitan bersama. Paus Fransiskus dalam ensikllik Fratelli tutti mengajak semua orang dari pelbagai latarbelakang untuk menolong mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi di dunia. Hanya dengan kesadaran untuk membantu dan membela saudarasaudara yang lemah, maka dunia yang harmonis dapat tercipta untuk semua. Selanjutnya dalam ungkapan papa po dia papa bhoko pasu ma’e nau ngia ma’e kapa terdapat ajakan untuk saling memberi teguran dan nasihat secara terbuka sambil tetap memperhatikan agar kebenaran dijaga dan dibela secara bersama. Sikap yang tepat adalah menerima keberadaan orang lain apa adanya, dan tidak ada orang yang merasa diasingkan atau ditinggalkan apalagi dibuang. Semuanya hadir sebagai saudara yang sederajat, yang layak untuk berkumpul bersama dalam rumah adat yang sama. Pesan ini tentu saja sejalan dengan ajakan Paus Fransiskus untuk menerima orang-orang yang terlempar dari kampung halaman atau negaranya, karena kondisi tertentu. Mereka yang adalah para migran perlu diperhatikan dengan baik dan bukannya dibuang apalagi dibenci dan diperlakukan secara tidak adil. Sikap yang benar berhadapan dengan kaum migran, terutama dalam membangun persaudaraan yang sejati adalah menghindari sikap menjelek-jelekkan orang lain dan menyebarkan kebohongan. Orang Ngadha mengenalnya dalam larangan bela ma’e deke mote ma’e ngadho. Tentu saja peribahasa ini bertujuan agar orang tidak terbiasa untuk memburukan nama orang lain atau menghabiskan waktunya hanya untuk hal-hal yang tidak membangun persaudaraan.semua mesti berusaha agar kehidupan bersama menjadi lebih kondusif dengan menyebarkan apa yang baik dan berguna. Akhirnya, Paus Frannsiskus lewat ensiklik Fratelli Tutti mengimpikan dunia yang bersatu dan terjalin dalam kerja sama yang erat demi membela nilai-nilai kehidupan di dunia ini. Umat manusia perlu bekerja sama menentang individualisme, konsumerisme, hedonisme dan materialisme. Semua hal ini hanya bisa diatasi kalau umat manusia bersatu. Ajakan ini sejatinya sudah dikenal oleh orang Ngadha dalam peribahasa kolo setoko aze setebu. Semua perlu bersatu dalam satu simpul dan pokok yang sama, yakni membela kemanusiaan yang sedang diancam oleh pelbagai hal yang merusak dewasa ini.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Fratelli Tutti, Peribahasa, Orang Ngadha, Hidup Persaudaraan
Subjects: 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 262 Eklesiologi
400 – Bahasa (Bahasa Indonesia dikelas 499) > 400 Bahasa > 400 Bahasa
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 16 Sep 2021 07:43
Last Modified: 30 Nov 2022 02:50
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/938

Actions (login required)

View Item View Item