LAFU, Sebastianus (2021) Tata Upacara Perkawinan Dawan L di Miomaffo Tengah Dalam Korelasinya dengan Perkawinan Katolik. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.
Text
Sebastianus Lafu_Abstraksi.pdf Download (73kB) |
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (935kB) |
|
Text
BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (382kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (763kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (453kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (271kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (499kB) |
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah, (1) membantu orang-orang Dawan L, khususnya masyarakat Miomafo tengah untuk lebih mengenal makna dan nilai terdalam dari budaya perkawinan adat Miomafo Tengah. (2) Membantu orang Miomafo Tengah untuk memanfaatkan budaya adat perkawinan tradisional sebagai media penghayatan akan makna teologis dari ritus perkawinan Agama Katolik. Metode yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis kepustakaan dan analisis penelitian lapangan dengan mengunakan wawancara lisan. Dalam tulisan ini penulis menjelaskan, bahwa kebudayaan atau tradisi merupakan hasil karya manusia yang bertujuan melestarikan nilai-nilai sosial yang dihidupi dan telah menjadi salah satu unsur yang melatar belakangi kehidupan manusia. Budaya dan manusia merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan. Gereja melalui Konsili Vatikan II juga mengapresiasi keberadaan budaya. Hal ini dibuat oleh Gereja dengan maksud memperluas Kerajaan Allah dan mewartakan kabar sukacita sampai ke ujung dunia. Agar tujuan tersebut tercapai, maka Gereja harus menerima budaya dalam perkembangannya. Dalam konstitusi Gaudium et Spes (GS. 53a) dikatakan bahwa Gereja, penolakan terhadap budaya berarti penolakan terhadap manusia pula. Gereja mengakui bahwa hidup manusia, kodrat dan kebudayaan merupakan unsur-unsur penting dalam kebudayaan. Hal ini mau menegaskan bahwa Gereja merupakan institusi rohani yang universal mengakui keberadaan budaya dan demikian juga, Gereja menerima budaya sebagai rekan perjalanan untuk membina iman umat serta nilai kehidupan bersama. Keterbukaan Gereja ini mendorong usaha keberakaran Gereja dalam konteks (budaya dan bangsa) lokal. Gereja tidak ingin tampil sebagai suatu lembaga atau institusi asing yang ditanam pada suatu tempat, tetapi Gereja ingin membangun dirinya sebagai Gereja lokal yang hadir, terlibat dan berakar dalam konteks lokal. Seperti berbagai perkawinan budaya adat di NTT, walaupun beragam namun Gereja menerimanya dan menyelaraskannya dengan budaya liturgis Gereja. Dalam tulisan ini, penulis lebih menekankan bagaiman tata upacara perkawinan Suku Dawan di TTU (Miomafo Tengah) memiliki proses dan nilai perkawinan yang mirip dengan ritus upacara perkawinan di dalam Gereja Katolik secara universal. Diyakinkan oleh penulis bahwa, Secara garis besar perkawinan dalam Gereja Katolik berpijak pada Sakramen Perkawinan sebagai sarana persatuan yang mampu mempersatukan, menguduskan atau menyucikan seorang pria dan wanita serta tidak dapat terceraikan (Unitas et Dissolubilitas), begitu pula di dalam tradisi perkawinan adat masyarakat Miomaffo Tengah. Perkawinan adat Miomaffo Tengah adalah suatu model kebudayaan yang mampu mempersatukan seorang pria dengan wanita dalam membangun rumah tangga mereka yang sejahtera dan bahagia.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Indissolubilitas, Keluarga, Unitas, Perkawinan, Perkawinan Adat, Perkawinan Gereja Katolik, Sakramen Perkawinan. |
Subjects: | 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 265 Sakramen dan ritual lain dalam Kristen 300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 392 Adat istiadat setempat |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 25 Jun 2021 03:58 |
Last Modified: | 24 Nov 2022 06:21 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/819 |
Actions (login required)
View Item |