Upaya Mengubah Kebiasaan Membakar Hutan di Menge Berdasarkan Inspirasi Ensiklik Laudato Si

NONO, Simplianus Geli (2025) Upaya Mengubah Kebiasaan Membakar Hutan di Menge Berdasarkan Inspirasi Ensiklik Laudato Si. Undergraduate thesis, IFTK LEDALERO.

[img] Text
Simplianus Geli Nonoa_ABSTRAK.pdf

Download (364kB)

Abstract

Tujuan utama penulisan skripsi ini adalah untuk menganalisis kebiasaan membakar hutan yang dilakukan oleh masyarakat Menge, dan upaya yang dapat diterapkan untuk mengubah kebiasaan membakar hutan di Menge berdasarkan inspirasi Ensiklik Laudato Si. Untuk memenuhi tujuan tersebut, maka penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang terbagi dalam penelitian lapangan dan studi pustaka. Krisis ekologi yang telah dan sedang kita alami saat ini adalah buah dari kesalahan manusia dalam memandang dirinya dan alam. Kesalahan cara pandang manusia itu kemudian melahirkan aktivitas yang hanya menjadikan alam sebagai objek pemenuhan kebutuhan semata dan juga untuk memperkaya diri, tanpa memperhatikan keberlanjutannya sebagai makhluk hidup dan benda yang memiliki nilai intrinsik. Alam disubordinasikan, dan karena itu alam kehilangan martabat sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki nilai yang sama dengan manusia. Relasi manusia dan alam hanya sebatas relasi instrumentalistik. Alam akan berharga dan berguna di mata manusia sejauh ia menyediakan segala kebutuhan vital manusia. Kesalahan cara pandang ini kemudian melahirkan bentuk eksploitasi dan kejahatan terhadap alam, seperti halnya kebiasaan membakar hutan yang terjadi di Menge. Masyarakat Menge seperti pada umumnya masyarakat yang hidup di dunia, menggantungkan hidup dari hasil bumi. Pada umumnya mereka hidup dengan mengandalkan hasil yang diperoleh dari alam, dalam hal ini sektor pertanian menjadi mata pencaharian utama. Namun, untuk mengolah tanah yang telah disediakan bumi, masyarakat Menge seringkali mengawalinya dengan membakar hutan. Hal ini dilakukan terutama pada area hutan milik negara. Kebiasaan membakar hutan ini dipandang sebagai cara terbaik untuk meminimalisir biaya dan tenaga yang dapat dikeluarkan. Selain menggarap tanah milik negara untuk kebutuhan hidup, masyarakat Menge juga menggunakan cara demikian (membakar hutan) untuk menumbuhkan rumput baru bagi hewan peliharaan. Dengan membakar hutan, maka rumput baru akan tumbuh dengan baik, dan hal ini kemudian dimanfaatkan sebagai makanan bagi hewan peliharaan mereka. Selain itu, adanya kebiasaan untuk berburu hewan liar menjadikan mereka selalu membakar hutan. Dalam aktivitas berburu, membakar hutan dilakukan untuk mempersempit ruang gerak dari hewan buruan. Dengan demikian hewan buruan akan mudah didapatkan tanpa mengeluarkan tenaga yang besar. Paus Fransiskus, melalui Ensiklik Laudato Si telah menyuarakan keprihatinan terhadap bumi yang pada saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bumi dan segala isinya hendaknya dilihat sebagai ibu dan juga saudari yang telah melahirkan dan memberi hidup bagi manusia. Karena itu, manusia mesti memiliki kesadaran untuk tidak hanya mengeksploitasi hasil alam, tetapi juga memiliki kesadaran untuk mencintai dan melestarikannya. Kebiasaan membakar hutan di Menge, pada dasarnya dilakukan oleh masyarakat yang memiliki pemahaman yang dangkal akan pentingnya menjaga kelestarian hutan dan ekosistemnya. Hal ini ditemukan dalam pandangan mereka yang hanya melihat alam sebagai objek pemenuh kebutuhan vital semata. Selain itu, adanya anggapan bahwa hutan dan seluruh makhluk hidup mengalami regenerasi alami, sehingga manusia dapat memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tanpa perlu menjaga kelestariannya. Kesalahan cara pandang fundamental ini kemudian melahirkan tindakan eksploitasi dan pengrusakan hutan, tanpa melihat bahaya yang dapat terjadi seperti banjir dan tanah longsor pada musim hujan, hilangnya sumber mata air minum dan meningkatnya panas suhu bumi. Selain itu, kehilangan sumber hayati seperti hewan dan tumbuhan langka merupakan akibat dari kerusakan hutan yang bukan tidak hanya terjadi saat ini tetapi juga pada masa yang akan datang. Berdasarkan inspirasi Ensiklik Laudato Si, maka ada sejumlah pokok pikiran penting yang dapat digunakan untuk mengatasi kebiasaan membakar hutan di Menge yakni: a. mengubah cara pandang dan pola perilaku yang menginstrumental alam; b. penerapan pertanian yang berkelanjutan; c. sosialisasi dan edukasi; d. penguatan kebijakan dan hukum. Dengan demikian, maka kebiasaan membakar hutan yang dilakukan oleh masyarakat Menge dapat dihilangkan.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Laudato Si, Menge, lingkungan alam, membakar hutan, cara pandang, fundamental, hukum
Subjects: 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 261 Teologi sosial
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mauritsius Moat Pitang
Date Deposited: 23 May 2025 00:44
Last Modified: 23 May 2025 00:44
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/3068

Actions (login required)

View Item View Item