Catur Warna dalam Bingkai Filsafat Intersubjektif Martin Buber

SURYAWAN, Paulus I Ketut Budi (2024) Catur Warna dalam Bingkai Filsafat Intersubjektif Martin Buber. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.

[img] Text
Paulus I Ketut Budi Suryawan_Abstraksi.pdf

Download (109kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) melihat penyebab terjadinya pergeseran makna catur warna dari yang sebenarnya sebagai pilihan seseorang berdasar pada profesi beralih kepada sistem kasta yang membagi masyarakat secara vertikal berdasarkan keturunan dan (2) menganalisa serta memperdalam pemahaman mengenai ajaran catur warna dalam kaca mata filsafat intersubjektif Martin Buber. Metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode kepustakaan dengan pendekatan deskriptif analitis. Objek yang diteliti adalah relasi masyarakat pada ajaran catur warna dalam perspektif filsafat intersubjektif Martin Buber. Dalam analisis terhadap sejarah dan konteks sosial masyarakat Bali, penulis menemukan bahwa pemahaman yang salah terhadap ajaran catur warna telah menyebabkan diskriminasi dan ketidakadilan. Proses ini terutama dipengaruhi oleh intervensi kekuasaan kerajaan dan pengaruh penjajahan Belanda yang memperkuat sistem kasta untuk mempertahankan kekuasaan politik. Berdasarkan hasil penelitian penulis, disimpulkan bahwa pemahaman yang lebih mendalam tentang ajaran catur warna, berdasarkan prinsip-prinsip relasi intersubjektif, dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat. Konsep kesederajatan, saling melengkapi, dan saling menghormati antar golongan akan menghasilkan hubungan yang lebih harmonis dan inklusif. Ini akan memungkinkan setiap individu untuk menemukan diri mereka, mengembangkan bakat, dan hidup sesuai panggilan mereka, tanpa adanya diskriminasi. Dalam filsafat intersubjektif Martin Buber, dikemukakan dua bentuk relasi, yaitu relasi Aku-Itu dan Aku-Engkau. Relasi Aku-Itu adalah relasi manusia dengan benda-benda yang menekankan pola hubungan subjek-objek, sedangkan Aku-Engkau adalah relasi manusia dengan sesama manusia dan Tuhan yang menekankan pola hubungan subjek-subjek. Oleh karena itu, Buber menegaskan bahwa relasi yang seharusnya terjadi dalam masyarakat adalah Aku-Engkau, bukan Aku-Itu seperti yang terjadi dalam sistem kasta. Dengan demikian, penelitian ini mengajukan pemikiran untuk kembali kepada makna asli ajaran catur warna, di mana setiap individu memiliki kedudukan yang sejajar dan saling melengkapi.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Catur warna, sistem kasta, intersubjektif, Aku-Engkau, dan Aku-Itu
Subjects: 100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 100 Filsafat dan psikologi
100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 101 Teori filsafat
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 02 May 2024 03:42
Last Modified: 02 May 2024 03:42
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2201

Actions (login required)

View Item View Item