RAHO, Bernard (2022) Siapakah Sesamaku Manusia, Renungan Inspiratif Minggu Biasa ke 15, 10 Juli 2022. [Video]
|
Video
maxresdefault.jpg - Published Version Download (161kB) | Preview |
Abstract
SIAPAKAH SESAMAKU MANUSIA? Seorang guru agama bertanya kepada siswa-siswi di kelasnya: “Kapan Anda bisa membedakan terang dari gelap?” Ada bermacam-macam jawaban yang diberikan oleh anak-anak itu. Ada yang menjawab: “Saya bisa membedakan gelap dari terang kalau dari jauh saya membedakan rusa dari kambing. Orang lain lagi mengatakan: “Saya bisa bisa membedakan gelap dari terang kalau dari saya bisa membedakan pohon mangga dari pohon apel”. Demikian setiap orang berusaha menjawab pertanyaan sang guru. Setelah semua menjawab, maka seorang anak kecil yang dari tadi duduk dan berdiam diri menjawab: “Saya bisa membedakan gelap dari terang kalau saya bisa melihat pada wajah setiap orang wajah saudara dan saudariku sendiri”. Kemudian guru itu berkata: “Tepat sekali jawabanmu anakku. Apa bila kamu dapat melihat pada wajah orang-orang dan melihat dalam diri mereka wajah saudara dan saudarimu, maka kamu hidup pada siang hari. Tetapi kalau kamu tidak bisa melihat pada wajah orang-orang lain, wajah saudara dan saudarimu, maka sesungguhnya kamu hidup pada malam hari, kamu hidup dalam kegelapan”. ********* Dalam Injil hari ini seorang Farisi bertanya kepada Yesus: “Siapakah sesamaku manusia?” Yesus menjawab pertanyaan itu dengan menceritakan sebuah perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hari. Dalam perumpamaan itu diceritakan bahwa adalah seorang yang sedang berjalan dari Yerusalem ke Yerikho dan di tengah jalan dia dirampok. Seorang imam lewat di situ dan melihat orang tergeletak di pinggir jalan itu namun dia menghindar dengan mengambil sisi lain dari jalan itu dan menjauhi orang yang setengah mati itu. Sesudah itu lewat seorang Lewi. Dia pun melakukan hal yang sama yakni berlalu begitu saja tanpa menunjukkan sedikit pun perhatian terhadap orang yang sekarat itu. Kedua orang itu tidak merasa iba sedikit pun terhadap korban perampokan itu. Berbeda terjadi dengan orang Samaria. Perasaan belas kasihnya kepada orang yang malang sungguh sangat luar biasa. Seturut teks yang kita baca tadi hanya hal itulah yang membedakan ketiganya. Dua orang yang pertama tidak mempunyai perasaan belas kasih, sementara orang Samaria menunjukkan secara luar biasa perhatian dan belas kasih kepada orang yang tergeletak di pinggir jalan itu. Dua orang pertama melihat orang yang menderita itu, tetapi lewat begitu saja sedangkan orang Samaria berhenti dan membantu orang itu.. Sekadar mengingatkan kita, orang Samaria adalah orang yang dianggap kafir dan lebih rendah oleh orang Yahudi. Orang-orang Yahudi selalu menganggap diri lebih tinggi, lebih baik, dan lebih saleh dari orang-orang Samaria karena orang-orang Samaria sudah tercampur dengan suku-suku bangsa kafir. Tetapi justru dua orang Yahudi yang memiliki status sosial tinggi di dalam agama Yahudi itu tidak mempedulikan orang yang sekarat akibat perampokan. Sebaliknya orang Samaria yang dianggap kafir oleh orang-orang Yahudi. Orang Samaria ini sedang dalam perjalanan. Dia bisa punya alasan untuk tidak menolong orang itu karena dia sedang dalam perjalanan dan terburu-buru. Tetapi ketika dia melihat orang yang hampir mati tergeletak di pinggir jalan, dia memberikan reaksi yang sangat berbeda dari dua orang terdahulu yakni seorang imam dan seorang Lewi. Dia merasa berbelas kasihan dengan orang itu. Injil mengatakan: “Hatinya tergerak oleh belas kasihan” (10:33). Dia pun mengorbankan apa yang ada padanya untuk menolang korban tersebut. ********** Orang Samaria dalam cerita tadi telah melakukan perbuatan kasih tanpa memperhitungkan asal korban. Dia menolong korban itu bukan karena mereka berasal dari suku yang sama atau mereka menganut agama yang sama, melainkan semata-mata karena dia berbelas kasihan kepada korban yang membutuhkan pertolongan itu. Pada akhirnya, kita akan diadili oleh perbuatan-perbuatan kasih sebagaimana telah ditunjukkan oleh Yesus dalam pengadilan yang terakhir. Semoga Firman Tuhan dalam Injil hari terus mendorong kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan kasih tanpa memandang suku, ras, agama dan antargolongan. Tuhan memberkati kita. Amin.
Item Type: | Video |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Renungan Inspiratif, Renungan Katolik, Inspirasi Sabda, Homili, Khotbah, Minggu Biasa ke 15, Katolik, Kristen |
Subjects: | 200 – Agama > 200 Agama > 202 Ajaran |
Divisions: | 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik |
Depositing User: | Bernardus Raho |
Date Deposited: | 13 Mar 2024 00:07 |
Last Modified: | 13 Mar 2024 00:07 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2116 |
Actions (login required)
View Item |