RAHO, Bernard (2022) Berbahagialah orang yang mengandalkan Allah dalam hidup - Renungan Inspiratif Minggu Biasa ke 6., 13 Februari 2022. [Video]
|
Video (Berbahagialah orang yang mengandalkan Allah dalam hidup - Renungan Inspiratif Minggu Biasa ke 6, 13 Februari 2022)
maxresdefault.jpg - Published Version Download (173kB) | Preview |
Abstract
BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENGANDALKAN ALLAH DI DALAM HIDUPNYA Aristoteles Onasis pernah dianggap sebagai orang yang paling kaya di dunia ini. Dia memiliki kapal-kapal besar dari pelbagai jenis. Dia juga memiliki hotel-hotel mewah. Rumahnya-rumahnya tersebar di New York, Paris, Roma, Athena, dan Buenos Aires. Salah satu rumah yang ditempatinya memenuhi sebuah pulau. Guna merawat rumah itu dia mengeluarkan uang 1.5 juta dollar setiap tahun atau setara dengan 21.510.000.000 Pendek kata, dia memiliki segala-galanya. Teman-temannya kaya dan terkenal. Dia dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik. Pada usia 46 tahun ia menikah dengan seorang pewaris perusahaan kapal Yunani yang masih sangat muda berusia 17 tahun. Tetapi perkawinan itu hancur dan berakhir dengan perceraian. Kemudian ia menikah dengan Jackline Kennedy, janda dari Mendiang Presiden John Kennedy. Tetapi perkawinan itu tidak membawa kebahagiaan. Sementara itu, puteri tunggal Cristina Onasis kawin dengan seorang yang tidak disukainya. Kemudian mantan isteri pertamanya kawin lagi dengan pesaingnya dalam dunia bisnis. Puncak dari kehancurannya terjadi ketika puteranya Alexander Onasis tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang. Sejak saat itu Onasis mulai kehilangan semangat untuk hidup. Ia tak sanggup membuka mata dan menelan makanan. Ia menderita sejenis penyakit syaraf yang aneh. Suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Ia hanya mengharapkan kematian. Ketika ia meninggal tahun 1975, seorang teman dekatnya menangis: “Temanku, Aristoteles, Engkau mengajarkan saya tentang hidup, engkau mengajarkan saya untuk selalu menang dalam hidup. Tetapi engkau lupa bahwa kita bukanlah Tuhan. Terlalu lama engkau mengabaikan Tuhan di dalam hidupmu”. Itulah akhir hidup Onasis yang sangat tragis. *********** Apakah akhir hidup Onasis yang tragis itu disebabkan karena ia kaya? Kita tidak bisa pastikan. Tetapi yang jelas, segala sesuatu yang dimilikinya tidak mampu menyelamatkan dia dari rentetan pengalaman tragis yang dialaminya mulai dari perkawinannya sendiri sampai kepada pengalaman tragis anak-anaknya dan akhir hidupnya sendiri yang tragis. Kegelisahan pada saat-saat terakhir hidupnya justru disebabkan karena ia – seperti kata temannya - tidak mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. ******** Di dalam Injil hari ini Yesus memuji orang yang miskin dan menderita dan mengutuk orang yang kaya. “Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Surga... Celakalah, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu”. Apakah kekayaan itu di dalam dirinya tidak baik? Jawabannya adalah tidak selalu. Kekayaan menjadi berbahaya kalau dengan kekayaan itu, orang merasa serba cukup dan tidak lagi berharap kepada Allah sebagai penjamian kehidupan. Dia menganggap dirinya mampu mengurus hidupnya sendiri sehingga ia tidak pernah bergantung kepada Allah. Tetapi tidak semua orang kaya bersikap seperti itu. Ada orang kaya yang menganggap kekayaannya sebagai titipan Allah dan digunakan sebaik-baiknya untuk kehidupannya sendiri dan orang-orang lain. Demikianpun halnya dengan kemiskinan. Kemiskinan tidak dengan sendirinya langsung mengantar seseorang ke surge. Apa lagi kalau di dalam kemiskinan itu ia melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji. Tetapi Allah lebih memihak orang-orang yang miskin (option for the poor) karena mereka mempunyai peluang yang lebih besar untuk berharap pada Allah dan menggantungkan hidupnya pada Allah. Orang-orang miskin yang tidak memiliki apa-apa lebih gampang menyerahkan hidupnya pada Allah. Orang-orang miskin seperti itulah yang dianggap berbahagia oleh Yesus di dalam Injil hari ini. ******** Mungkin yang terpenting bagi kita bukanlah kaya atau miskin melainkan sikap kita terhadap kedua kenyataan itu. Kekayaan akan menjadi malapetaka kalau kita menganggapnya sebagai penjamin dalam hidup dan mengabaikan peran Allah sebagai Penjamin di dalam kehidupan kita. Apa lagi kalau kekayaan itu diperoleh secara tidak halal dan digunakan pula untuk hal-hal yang tidak halal pula. Sebaliknya, kemiskinan bisa juga menjadi malapetaka kalau di dalam keadaan itu, orang berusaha untuk hidup berkecukupan dengan segala macam cara-cara termasuk dengan cara-cara yang tidak halal dan menyimpang dari norma-norma masyarakat. Karena itu, sikap yang paling penting, entah kita kaya atau miskin adalah berharap pada Allah. Hanya Allah-lah yang sanggup menjamin kehidupankita. Karena itu, “Berbahagialah orang yang mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya”. Tuhan memberkati kita. Amen.
Item Type: | Video |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Renungan Katolik, Renungan Inspiratif, Renungan Hari Minggu, Minggu Biasa ke 6, Katolik, Inspirasi Sabda, Bernardus Raho |
Subjects: | 200 – Agama > 200 Agama > 202 Ajaran |
Divisions: | 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik |
Depositing User: | Bernardus Raho |
Date Deposited: | 13 Mar 2024 00:03 |
Last Modified: | 13 Mar 2024 00:45 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2095 |
Actions (login required)
View Item |