KOLO, Yohanes Paulus (2020) Makna Tubuh dalam Lukisan Michelangelo Ditinjau dari Perpektif Teologi Tubuh Yohanes Paulus II. Undergraduate thesis, STFK Ledalero.
Text
YOHANES PAULUS KOLO 16.75.5993.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
Abstract
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: pertama, menjelaskan teologi tubuh Yohanes Paulus II dalam upaya menafsirkan makna tubuh itu sendiri dalam lukisan-lukisan Michelangelo di Kapel Sistina. Kedua, memberi solusi atas persoalan komoditas tubuh dan pengobjektifikasian tubuh sebagai persoalan aktual yang masih dialami dalam dinamika kehidupan bermasyarakat. Objek kajian dalam penulisan skripsi ini yakni Teologi Tubuh Yohanes Paulus II dan pemaknaannya terhadap tubuh dalam lukisan-lukisan Michelangelo di Kapel Sistina. Metode yang digunakan penulis ialah metode analisis data sekunder. Penulis mengkaji dan mendalami pelbagai literatur yang membahas tentang teologi tubuh Yohanes Paulus II dan lukisan-lukisan Michelangelo di Kapel Sistina. Dewasa ini, tubuh seringkali menjadi objek untuk dipolitisasi dan dikomersialisasi. Tubuh-tubuh rentan dan lemah adalah tubuh yang seringkali menjadi korban objektivasi, politisasi dan komersialisasi. Berhadapan dengan tubuh yang telah dihancurkan ini, integritas atau keutuhan tubuh turut dihancurkan. Dalam keutuhannya tubuh sebenarnya memiliki nilai. Tubuh tidak hanya memiliki nilai estetis tetapi juga memiliki nilai teologis. Kedua nilai keutuhan tubuh ini kehilangan nilai dan arti ketika penghormatan dan penghargaan terhadap tubuh tidak lagi dijunjung. Tulisan ini hendak melihat lebih jauh nilai estetis dan teologis tubuh itu sendiri berdasarkan karya lukisan tubuh Michelangelo dan Teologi Tubuh Yohanes Paulus II. Melalui lukisan tubuh Michelangelo, tubuh menampilkan nilai estetisnya. Kendati demikian, di balik nilai estetis ini terdapat juga nilai teologis yang melekat bersamanya. Michelangelo menghadirkan kedua nilai ini tidak hanya dalam rangka merayakan kebebasannya berekspresi tetapi juga dalam orientasinya untuk menghadirkan suatu makna dan nilai yang terdalam dari tubuh itu sendiri. Kebebasan berekspresi yang dilakukan Michelangelo melalui karya lukisannya di Kapel Sistina adalah gambaran akan realitas zamannya. Sebagai anak zaman pencerahan, tubuh-tubuh telanjang manusia dihadirkan dengan suatu tujuan mulia yakni memurnikan kembali pandangan terhadap tubuh yang telah dianggap tabu. Pasalnya, selama abad pertengahan, Gereja hampir mendominasi segala bidang kehidupan termasuk bidang seni, khususnya seni lukis tubuh. Melalui otoritasnya tubuh dikendalikan keberfungsiannya. Tubuh yang utuh dilihat secara terpecah-pecah dan terpenggal-penggal. Terdapat pemisahan antara tubuh yang dipandang sakral dan tubuh yang dianggap tabu. Masa pencerahan membalikkan otoritas Gereja yang berdasar pada wahyu kepada kesadaran manusia akan kemampuan dirinya dengan seluruh otonomi dan kebebasannya sebagai ciptaan Tuhan. Di tangan Michelangelo, ketelanjangan menampilkan tidak hanya nilai keindahan tetapi juga nilai teologisnya. Michelangelo menyadari bahwa karya tubuh yang dihasilkannya sebenarnya tidak bertentangan dengan kisah penciptaan. Adam dan Hawa yang diciptakan dan hadir secara telanjang menunjukkan secara jelas keutuhan asali manusia. Meskipun kontroversi sempat muncul dalam kalangan Gereja dan muncul anggapan bahwa lukisannya berbau pornografi, kontroversi ini rupanya mampu dipatahkan. Melalui perpektif Teologi Tubuh Yohanes Paulus II, ketelanjangan adalah bagian dari karya penciptaan yang dikehendaki Allah sendiri. Dengan demikian, tubuh meskipun dalam ketelanjangannya, memancarkan dalam dirinya sendiri kehadiran Allah sebagai seniman Agung yang telah menanamkan lentik jemarinya pada tangan seorang pelukis. Di tangan pelukis, Allah justru menghargai tubuh, berkarya bersama para pelukis manusia, dan mengangkat tubuh kembali ke hakikatnya sebelum ia tercemar oleh dosa. Berdasarkan keindahan tubuh yang mesti dihargai, dan keberadaan tubuh sebagai tanda kehadiran Allah sendiri, melalui skripsi ini, kiranya penghargaan terhadap tubuh harus dikedepankan. Cara pandang terhadap tubuh mesti diperbarui. Dalam setiap karya seni, tubuh dengan segala ketelanjangannya memantik manusia untuk kembali mengakui keindahan tubuh dan menyadari kehadiran Allah yang selalu berjalan bersama manusia. Oleh karena itu, segala kebudayaan yang selama ini memandang tubuh secara terpecah; politisasi, komersialisasi tubuh yang selama ini dikobarkan mesti dilenyapkan. Tubuh mesti dilindungi. Tubuh mesti digambarkan keindahannya. Seni lukis adalah salah satu cara melindungi tubuh dari realitas pengalaman harian yang tidak mengindahkan keberadaannya.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Lukisan Michelangelo, Teologi Tubuh Yohanes Paulus II, Makna, Tubuh, nilai estetis, nilai teologis |
Subjects: | 200 – Agama > 240 Moral Kristen dan teologi peribadatan > 241 Etika Kristen 700 - Seni dan Rekreasi > 750 Seni lukis > 750 Seni lukis dan lukisan |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 11 Nov 2020 04:43 |
Last Modified: | 11 Dec 2022 23:54 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/176 |
Actions (login required)
View Item |