HURE, Florianus (2020) Ajaran Santa Theresia Dari Lisieux Tentang Cinta Dan Relevansinya Bagi Keluarga Kristiani. Undergraduate thesis, STFK Ledalero.
Text
SKRIPSI_FLORIANUS HURE_16.75.5872.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
Abstract
Cinta kasih adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh setiap manusia agar dapat memperoleh kebahagiaan dalam hidup. Manusia bisa merasakan sesuatu yang damai, tenang, tenteram, dan sejahtera berkat adanya cinta kasih. Manusia bisa bersatu atau hidup dengan manusia lain berkat adanya cinta kasih. Cinta kasih dapat memberikan kebahagiaan dalam hidup bila dimaknai secara mendalam oleh masing-masing pribadi. Pria dan wanita bisa bersatu untuk menjalankan kehidupan bersama untuk membentuk sebuah keluarga baru karena adanya cinta kasih. Cinta kasih telah membawa orang kepada persatuan, kedamaian, kerukunan, dan kebahagiaan. Cinta kasih selalu berjalan beriringan dengan kesetiaan, di mana ada cinta kasih, kesetiaan pun ada di sana. Tanpa kesetiaan kebahagiaan dan ketentraman dalam hidup belum lengkap. Dengan adanya kesetiaan manusia pun dapat memaknai cinta kasih yang akan dijalankan dalam hidup . Santa Theresia dari Lisieux adalah seorang kudus Karmel yang mempunyai keinginan yang kuat untuk masuk biara pada usia yang masih muda yaitu usia 15 tahun. Ia adalah anak bungsu dari pasangan suami istri Louis Martin dan Zelie Guerin yang dilahirkan pada tanggal 2 januari 1873 di Alencon Prancis. Ia adalah orang kudus Karmel yang telah berhasil menerapkan cinta kasih dari Allah. Ia meninggal pada tanggal 30 September 1897. Ajarannya tentang cinta kasih telah menghantarnya menjadi salah satu orang kudus Gereja di abad modern, ia telah berhasil memaknai dan menghayati cinta kasih yang telah diberikan Allah kepadanya secara cuma-Cuma. Theresia dari Lisieux telah berhasil mencapai persatuan cinta dengan Allah, sesama, panggilan, dan dirinya sendiri melalui cara hidupnya yang senantiasa disemangati untuk mencintai Allah secara utuh. Dalam usahanya untuk mencintai Allah Theresia dari Lisieux selalu memberikan dirinya secara total dan utuh kepada Allah dan membiarkan Tuhan sendiri yang membimbing perjalanan hidup panggilannya. Theresia dari Lisieux senantiasa membuka diri bagi Allah dan membiarkan Allah turut bekerja dalam seluruh perjuangan hidupnya untuk mencintai Sang Cinta sendiri. Keluarga Kristiani saat ini dituntut untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam seluruh perjalanan hidupnya di tengah dunia. Setiap keluarga Kristiani zaman ini tidak bisa bertumbuh dalam mencintai Allah dan sesamanya serta dirinya sendiri jikalau ia hanya mengandalkan kemampuan manusiawinya yang amat terbatas. Ia perlu terbuka terhadap rahmat Allah sendiri yang hidup dan berkarya di dalam dirinya. Kehancuran dan kegagalan akan datang jika masing-masing pribadi selalu mengandalkan kekuatannya sendiri. Keluarga kristiani adalah sebuah keluarga yang beriman kepada Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus. Melalui sakramen perkawinan setiap keluarga kristiani dinyatakan sah sebagai keluarga kristiani. Maka sangat dianjurkan kepada setiap keluarga kristiani untuk selalu menjalankan kehidupannya setiap hari dengan mempraktikkan norma atau aturan yang sesuai dengan tuntutan Gereja. Setiap keluarga kristiani juga dituntut untuk selalu mengandalkan Tuhan dan mau bersatu dengan Allah dalam jalan panggilan yang telah dipilihnya. Tuhan menjadi yang pertama dan terutama dalam hidupnya serta selalu diandalkan dalam mengentaskan segala persoalan hidup yang dialami. Perkembangan dunia serta tawaran instan zaman ini selalu merongrong setiap pribadi masa kini dalam keluarga-keluarga Kristiani dengan hal-hal yang dapat merusak setiap pribadi tersebut. Keluarga kristiani yang awalnya memiliki hubungan cinta kasih dan kesetiaan yang begitu mendalam kini ikut terpengaruh dalam perkembangan dunia tersebut. Cinta yang seharusnya menjadi pilar dalam bahtera rumah tangga kini mendapat goncangan dahsyat karena arus perkembangan dunia zaman ini selalu memberikan pilihan hidup yang instan, canggih, dan mewah. Cinta dan kesetiaan terhadap anggota keluarga baik suami, istri dan anak-anak di tengah dunia saat ini semakin memudar. Setiap orang mulai sibuk dengan pribadi masing-masing tanpa menghiraukan pribadi lain yang ada di sekitarnya. Keegoisan diri semakin merajalela sehingga cinta dan kesetiaan tidak lagi mendapat tempat yang spesial di dalam keluarga-keluarga Kristiani zaman ini. Karena cinta dan kesetiaan dianggap sebagai formalitas semata dalam usaha membangun bahtera rumahtangga, maka yang terjadi saat ini ialah perselisihan, pertengkaran dan hilangnya kedamaian di dalam keluarga. Melalui ajaran tentang cinta kasih, Theresia dari Lisieux ingin menunjukkan kebesaran rahmat Allah yang sedang berkarya dalam dirinya agar ia dapat menemukan cinta kasih di dalam hidupnya. Theresia dari Lisieux ingin mengajak keluarga-keluarga kristiani zaman ini untuk mendedikasikan atau membaktikan diri sepenuhnya kepada Allah melalui jalan cinta kasih dan bukan keegoisan diri. Dengan demikian, keluarga-keluarga kristiani zaman ini harus tekun dan bekerja keras untuk mencintai Allah serta mencintai panggilan yang telah dipilihnya melalui teladan dan cara hidup yang telah diajarkan oleh Theresia dari Lisieux. Cinta kasih yang dimaksudkan oleh Theresia dari Lisieux ialah sikap rela berkorban, kesetiaan, kesabaran, kerendahan hati, kepasrahan dan cinta terhadap sesama anggota komunitas dalam keluarga-keluarga kristiani. Oleh sebab itu, sikap cinta kasih, kesetiaan, kerendahan hati, rela berkorban, dan kepasrahan diri terhadap sesama yang dicintainya dalam sebuah keluarga kristiani merupakan faktor terpenting yang seharusnya dihayati dan dihidupi oleh keluarga-keluarga kristiani dalam dunia saat ini yang penuh dengan tawaran-tawaran hidup instan dan serba bebas. Dengan memiliki sikap kerendahan hati, rela berkorban, kepasrahan dan kesetiaan tersebut, setiap keluarga kristiani dapat berkontribusi dalam membangun komunikasi yang lebih intens dengan Allah, maupun dengan sesama yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, dan juga dapat menjalin persahabatan yang baik, dan penuh damai dengan pribadi-pribadi dari agama, suku, rasa dan budaya lainnnya. Akhirnya “ajaran cinta kasih” yang diajarkan oleh Theresia dari Lisieux memberikan inspirasi serta motivasi kepada setiap keluarga kristiani pada umumnya untuk lebih semangat dalam menjalankan tugas dan panggilan hidup yang sudah dipercayakan oleh Tuhan sendiri kepada setiap keluarga-keluarga kristiani untuk mengamalkan nilai-nilai injili kepada sesamanya. Oleh karena itu, spiritualitas tentang cinta kasih yang diajarkan oleh Theresia dari Lisieux dapat menghantar semua keluarga-keluarga kristiani zaman ini menuju jalan yang benar yaitu jalan persatuan cinta kasih dengan Allah.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Cinta, Keluarga, Keluarga Kristiani, St. Theresia dari Lisieux, Nilai Cinta dalam Keluarga dan Kekuatan Cinta. |
Subjects: | 200 – Agama > 230 Teologi Kristen > 230 Agama Kristen, Teologi Kristen 200 – Agama > 240 Moral Kristen dan teologi peribadatan > 249 Kehidupan keluarga dalam ajaran Kristiani |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 26 Oct 2020 05:06 |
Last Modified: | 08 Dec 2022 01:42 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/120 |
Actions (login required)
View Item |