Makna Ritus Ra Ndawa Dalam Perbandingan Dengan Makna Sakramen Pembaptisan Kanak-Kanak Dalam Gereja Katolik dan Kemungkinan Adaptasi Liturgi

RUA, Sonobius (2021) Makna Ritus Ra Ndawa Dalam Perbandingan Dengan Makna Sakramen Pembaptisan Kanak-Kanak Dalam Gereja Katolik dan Kemungkinan Adaptasi Liturgi. Masters thesis, IFTK Ledalero.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (599kB)
[img] Text
BAB I.pdf
Restricted to Registered users only

Download (138kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (204kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (370kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (188kB)
[img] Text
BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (307kB)
[img] Text
BAB VI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (110kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (231kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf

Download (253kB)

Abstract

Latar belakang penulisan tesis ini muncul dari sebuah kesadaran serta kepedulian seorang kakek di kampung Likanaka yang merasa prihatin dengan generasi muda zaman ini yang perlahan-lahan kurang memaknai secara baik ritus-ritus budaya. Setelah mendengar hal ini, penulis terinspirasi untuk menggali kembali kekayaan budaya yang telah lama kurang mendapatkan perhatian penuh dari masyarakat. Salah satu ritus yang kurang dimaknai secara baik oleh masyarakat Likanaka adalah ritus Ra Ndawa. Ritus Ra Ndawa merupakan ritus awal penerimaan manusia baru yakni kelahiran seorang anak dalam keluarga. Ritus ini berfungsi untuk mengesahkan seorang anak yang baru lahir masuk dalam persekutuan keluarga besar. Masyarakat Likanaka pada umumnya berkepercayaan katolik. Penghayatan iman katolik dalam kehidupan mereka sungguh sangat mendalam. Penghayatan yang mendalam terhadap ajaran katolik tidak membuat mereka lupa akan budaya. Justru penghayatan iman katolik yang mendalam menghantar mereka untuk tetap melaksanakan ritus-ritus budaya yang diwariskan kepada mereka. Hal ini dapat dilihat penggunaan pakaian adat, bahasa daerah Ende-Lio, lagu daerah dan tarian daerah dalam perayaan Ekaristi. Penulis melihat bahwa proses adaptasi liturgi tidak memiliki hambatan. Hal ini dapat dilakukan karena masyarakat Ende-Lio secara umum dan masyarakat Likanaka secara khusus terbuka terhadap proses pembaharuan yang dilakukan. Jika dilihat secara lebih jauh, proses adaptasi liturgi di daerah Ende-Lio tidak hanya terjadi dalam lagu-lagu, tarian dan bahasa tetapi juga ritus-ritus adat yang dapat diadaptasikan ke dalam ritus peribadatan sakramen. Alasan inilah yang mendorong penulis untuk meneliti ritus Ra Ndawa dan membandingkan dengan sakramen pembaptisan dalam Gereja Katolik. Penulis berusaha untuk menemukan tradisi asli orang Ende-Lio yang barangkali dapat diadaptasikan dengan tradisi liturgi sakramen Gereja Katolik. Sakramen pembaptisan merupakan sakramen yang paling pertama dan utama dalam Gereja Katolik. Dengan menerima sakramen pembaptisan seseorang akan menerima sakramen-sakramen lainnya. Sakramen permandian menjadi pintu masuk bagi sakramen lainnya. Ketika seseorang dibaptis ia sah menjadi anggota resmi dalam Gereja Katolik. Melalui pembaptisan ia diterima secara baru sebagai anak Allah. Dengan demikian, ia boleh menikmati kekayaan rahmat ilahi yang ditawarkan dalam Gereja Katolik. Ra Ndawa sebagai ritus tradisional dapat diadaptasikan ke dalam liturgi pembaptisan. Dalam sakramen pembaptisan, orang yang dibaptis mempercayakan diri sepenuhnya kepada Kristus. Ia menjadi milik Kristus dan bersatu dengan-Nya. Dengan bersatu, ia menjadi orang benar di dalam Kristus. Ketika bersatu dengan-Nya dalam pembaptisan, ia menjadi manusia baru dan masuk ke dalam persekutuan yang terbentuk dalam diri Allah Tritunggal. Sejak Konsili Vatikan II, Gereja Katolik mulai membuka diri terhadap dunia secara khusus terhadap budaya-budaya. Dalam ensikliknya Redemtoris Missio, Paus Yohanes Paulus II mengutip ungkapan terkenal dari pendahulunya Paus Paulus VI demikian, jurang pemisah antara injil dan budaya merupakan skandal masa kini. Bagi Paus Paulus VI, skandal ini akan membawa dampak negatif baik bagi kebudayaan maupun pewartaan injil. Di dalam mewartakan iman perlu mengambil hati pendengar dengan masuk ke dalam nilai-nilai dan pengalaman filosofis, budaya dan religiositas pendengarnya. Salah satu usaha yang mesti dikembangkan oleh Gereja ialah dengan melakukan adaptasi dan inkulturasi dalam bidang liturgi. Lebih lanjut Paus Yohanes Paulus II mengartikan inkulturasi sebagai sarana transformasi nilai-nilai budaya otentik melalui integrasinya dengan Kristianitas dan memadukan Kristianitas dalam realitas dan budaya manusia setempat. Dengan demikian, di dalam pewartaan iman, penyesuaian dengan budaya menjadi sebuah keharusan agar pewartaan tersebut dapat berakar dengan budaya masyarakat setempat dan dapat dihayati oleh masyarakat pendengar dengan baik. Iman yang tidak terintegrasi ke dalam budaya merupakan iman yang belum diterima penuh, baru berada dalam tataran pemikiran, belum menjelma dalam penghayatan hidup nyata. Pokok permasalahan yang menjadi titik tolak dari penelitian ini adalah apa makna ritus Ra Ndawa? Apa makna liturgi pembaptisan anak? Apa persamaan dan perbedaan? Apakah ritus Ra Ndawa dapat di adaptasikan ke dalam sakramen pembaptisan? Penelitian ini dilakukan untuk beberapa tujuan. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain: Pertama, penulis meneliti sejauh mana orang Likanaka mempraktikan dan menghayati ritus Ra Ndawa ini yang bertujuan sebagai penerimaan seorang bayi menjadi anggota keluarga. Kedua, penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna sakramen pembaptisan kanak-kanak di dalam Gereja Katolik sebagai sakramen pertama yang diterima oleh seseorang. Ketiga, dalam ritus budaya tertentu, ada barang atau benda yang menjadi simbol. Simbol-simbol yang digunakan tersebut memiliki makna-makna tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan nilai religius dari simbol-simbol yang digunakan dalam upacara Ra Ndawa. Keempat, menemukan kesamaan unsur/konsep dalam ritus ra ndawa dan perbedaan antara ritus Ra Ndawa sebagai inisiasi adat orang Likanaka dan sakramen pembaptisan anak dalam Gereja Katolik demi kemungkinan adaptasi. Peneliti akan membandingkan kedua ritus ini dan berusaha menemukan hal-hal yang dapat diadaptasikan dengan liturgi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi kepustakaan dan metode wawancara dengan mengajukan pertanyaan baik itu secara formal maupun informal kepada pihak yang dalam hal ini sebagai narasumber yang tahu dengan baik tentang ritus Ra Ndawa. Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa responden yang pernah melakukan ritus Ra Ndawa.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Sakramen Baptis, Ritus Ra Ndawa, Inkulturasi, Adaptasi.
Subjects: 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 265 Sakramen dan ritual lain dalam Kristen
300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 392 Adat istiadat setempat
Divisions: 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik
Depositing User: Mr Perpus Ledalero
Date Deposited: 30 Sep 2021 01:15
Last Modified: 02 Dec 2022 00:15
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/999

Actions (login required)

View Item View Item