Option for The Poor Dari Gereja Sebagai Langkah Dalam Mengentas Kemiskinan Masyarakat Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Nangarasong

LOBO, Antonius Mario R (2021) Option for The Poor Dari Gereja Sebagai Langkah Dalam Mengentas Kemiskinan Masyarakat Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Nangarasong. Masters thesis, IFTK Ledalero.

This is the latest version of this item.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (960kB)
[img] Text
BAB I.pdf
Restricted to Registered users only

Download (513kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (566kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (860kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (731kB)
[img] Text
BAB V.pdf
Restricted to Registered users only

Download (323kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (462kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf

Download (650kB)

Abstract

Penulisan tesis ini menggunakan dua metode, yakni studi kepustakaan dan studi lapangan. Dalam menggunakan studi kepustakaan, penulis mendalami berbagai karya terdahulu tentang tema yang diangkat. Sedangkan dalam studi lapangan, penulis terjun, mengumpulkan, dan kemudian menganalisis data yang diperoleh tentang kehidupan para pemulung. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik terjun, wawancara, dan studi dokumen. Subjek yang diteliti adalah KPW 20, Kelompok Pemulung Watuwoga 2020. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pertama, Para pemulung yang bersatu dalam Kelompok Pemulung Watuwoga 2020 atau KPW 20 yang beranggotakan 15 pemulung adalah kelompok orang miskin. Sebagai kelompok orang miskin, beberapa jenis kemiskinan yang dialami oleh para pemulung adalah kemiskinan mutlak, kemiskinan relatif, dan kemiskinan struktural. Situasi kemiskinan mutlak nampak dalam keadaan pendidikan yang terbatas (53,4 % hanya menamatkan pendidikan di bangku SD, 33,4 % tidak sekolah), keterbatasan akan konsumsi makanan yang sehat (80% jarang 1-3 kali dalam sepekan), keadaan rumah (53% berlantai tanah), ketersediaan air bersih (Air dibeli pada tanki 60%), Frekuensi makan dalam sehari (60% hanya makan dua kali dalam sehari), Pengobatan terhadap keluarga yang sakit (53,3% berobat di rumah) pendapatan pemulung (53,4% berkisar 150-500 ribu per bulan). Beberapa kenyataan di atas menjadi indikator yang menjelaskan bahwa para pemulung adalah sekelompok orang yang miskin mutlak. Situasi kemiskinan relatif tergambar oleh karena kurangnya perhatian pemerintah Kabupaten Sikka terhadap keberadaan para pemulung. Sedangkan, kemiskinan struktural yang dialami oleh para pemulung lebih disebabkan oleh karena pemiskinan yang dialami. Secara sosial, sebagai kelompok minoritas, kemiskinan yang dialami turut menciptakan ruang antara para pemulung dan masyarakat lainnya. Kehidupan para pemulung juga terdisikriminasi oleh pengalaman selama pandemi covid-19. Para pemulung dianggap sebagai kelompok orang-orang yang bau, jorok, dan menjijikkan. Pengalaman diskriminasi juga dialami oleh para pemulung dalam kaitannya dengan harga barang. Terdapat penuruan harga barang pada sebelum dan sesudah pandemi (mis. Harga dos sebelum pandemi 1000 rupiah, selama pandemi 700 rupiah). Pengalaman-pengalaman di atas ingin menjelaskan bahwa kemiskinan yang dialami oleh para pemulung tidak hanya berdampak pada kehidupan ekonomi mereka, melainkan juga berdampak pada kehidupan sosial. Kedua, selain hidup sebagai warga masyarakat Kolisia, Magepanda, Sikka, para pemulung adalah umat paroki Sta. Maria Magdalena Nangahure. Sebagai umat paroki, mereka diwajibkan untuk melaksanakan kewajiban dari paroki. Sebaliknya, para pemulung belum dikenal oleh para pastor yang bertugas di paroki Nangahure. Terhadap realitas ini, bagaimana konsep option for the poor direfleksikan? Merefleksikan konsep option for the poor adalah upaya Gereja meneladani solidaritas Yesus dengan orang miskin dan tertindas. Dengan berpihak kepada orang miskin dan tertindas, Gereja sedang ambil bagian dalam upaya menghidupi semangat Yesus yang mau hidup sebagai orang miskin dan hidup untuk orang miskin. Gereja berpihak kepada orang miskin dan tertindas oleh karena pengalaman diskriminasi yang kerap menjadi bagian dari kehidupan kaum minoritas. Keberpihakan Gereja lebih disebabkan oleh perjuangan Gereja dalam upaya mengungkapkan bahwa setiap pribadi memiliki martabat yang sama di hadapan Allah. Seraya memperjuangkan persamaan martabat, option for the poor juga menjadi upaya Gereja menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam konteks Gereja lokal, upaya berpihak kepada para pemulung adalah upaya Gereja lokal mengungkapkan situasi yang dialami oleh para pemulung dan olehnya secara kolektif mengusahakan perubahan bagi kehidupan para pemulung. Secara praktis, konsep option for the poor dalam konteks Gereja lokal dapat dilaksanakan melalui upaya Gereja untuk mau terlibat pada beragam situasi umat. Sebagai langkah awal, kemauan Gereja lokal untuk keluar dan menjumpai beragam situasi umat dapat menjadi satu bagian penting dalam menghidupi kata-kata Paus Fransiskus pada ensiklik Evangelii Gaudium yang lebih menyukai gereja yang kotor, memar, terluka, karena telah keluar ke jalan-jalan. Dengan keluar dan mengalami realitas kehidupan para pemulung, Gereja lokal sebenarnya sedang berusaha mengungkapkan keberadaan para pemulung dan mengusahakan hidupnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam tindakan nyata. Panggilan untuk berpihak kepada orang miskin dan tertindas dalam konteks lokal dapat diusahakan secara berkelanjutan, dalam arti setelah terjun dan mengalami situasi kemiskinan para pemulung, Gereja lokal dapat secara berkala mengadakan kunjungan kepada para pemulung, sambil mengupayakan pemetaan terhadap kebutuhan hidup mereka. Pemetaan bertujuan untuk mengupayakan cara alternatif dalam menjawabi peliknya situasi kehidupan para pemulung. Beberapa langkah yang dapat diambil dalam menjawabi masalah kemiskinan yang dialami oleh para pemulung adalah pertama, setelah mengunjungi para pemulung, pihak Gereja lokal dapat memetakan potensi lain yang dimiliki oleh para pemulung. Keberadaan potensi yang dimaksud dapat dijadikan sebagai upaya dalam mengusahakan jenis pekerjaan lain seturut potensi yang ada. Oleh potensi-potensi tersebut, Gereja lokal dapat membangun kerja sama dengan pihak pemerintah dan Keuskupan agar hasil dari potensi yang dimiliki dapat diberdayakan. Kedua, Gereja lokal dapat menjadi sarana komunikasi, dalam arti kehadiran Gereja lokal menjadi medium bagi para pemulung dalam menyuarakan apa yang dialami. Ketiga, Gereja lokal dapat mengupayakan kerja sama dengan beberapa LSM dalam menunjang kehidupan para pemulung. Keempat, sambil mengusahakan jalannya langkah praktis di atas, pendampingan terhadap kehidupan para pemulung adalah sebuah keharusan. Sebab, jika tidak peran Gereja lokal hanya sebatas usaha karitatif yang tidak transformatif. Cara alternatif yang disebutkan di atas menjadi langkah praktis bagi Gereja lokal dalam mendefinisikan konsep option for the poor dalam artian praktis. Beberapa rekomendasi dan usul saran yang dianjurkan oleh penulis, sebagai rekomendasi, pertama kepada Gereja lokal agar dapat menjadikan kelompok para pemulung sebagai salah satu kelompok kategorial. Kedua, memotivasi para pemulung untuk terlibat dan menjadi anggota koperasi. Kepada pemerintah Kabupaten Sikka, pertama, mengoptimalkan sampah yang dibuang. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengolah kembali sampah yang ada untuk kemudian digunakan lagi. Sedangkan usul saran yang dapat diberikan adalah pertama, kepada pihak Gereja lokal agar lebih menyadari keberadaan para pemulung, sehingga Gereja lokal dipanggil untuk juga bergerak keluar dan menyadari konteks. Kedua, kepada pemerintah Kabupaten Sikka, agar pekerjaan memulung dapat dilegalkan, sehingga perhatian kepada para pemulung juga dapat ditingkatkan.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Kemiskinan, Kelompok Pemulung Watuwoga 2021, option for the poor dan Gereja Lokal Keuskupan Maumere.
Subjects: 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 261 Teologi sosial
300 – Ilmu Sosial > 360 Permasalahan dan kesejahteraan sosial > 362 Masalah dan layanan, kesejahteraan sosial pada sekelompok orang
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Perpus Ledalero
Date Deposited: 28 Sep 2021 03:07
Last Modified: 25 Nov 2022 00:34
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/978

Available Versions of this Item

Actions (login required)

View Item View Item