Breaking News

KOLOM Antara Abstraksi dan Praksis 05 Feb 2017 14:46

Article image
Paduan abstraksi dan praktik akan melatih kita untul lebih dewasa menghadapi hidup. (Foto: Ist)
Kita perlu selalu belajar berpikir yang benar, agar sanggup menjalani hidup dengan baik.

Oleh Felix Baghi 

 

HIDUP praktis tidak semestinya menjauh dari hidup teoretis (abstraksi). Demikian juga, hidup teoretis tidak harus mengambang dari praksis. 

Tak seorangpun menjalani hidupnya tanpa berpikir, dan belum ada orang yang berpikir sambil melayang dari kehidupannya yang  nyata. Dia selalu berpikir agar menjalani hidup secara nyata. 

Kita perlu selalu belajar berpikir yang benar, agar sanggup menjalani hidup dengan baik. 

Pernah ada diktum klasik "Primum Vivere deinde philosophari", yang terutama adalah hidup, berfilsafat kemudian. Senada dengan itu, kita sering mendengar juga hal ini: "primum manducare, deinde philosophari", yang lebih utama adalah makan, kemudian filsafat. Sesungguhnya Ini soal prioritas. Namun, prioritas terhadap sesuatu tidak berarti negasi radikal terhadap sesuatu yang lain. Ada via-media yang mungkin bisa diterima. Abstraksi (berpikir) dan Praxis adalah dua hal yang sama-sama penting. Orang Prancis bilang "la pensée et l'écriture sont elles-même des actes de la vie", artinya pikiran dan tulisan adalah buah dari tindakan kehidupan. 

Hal berikut benar, bahwa lingkaran kehidupan (praksis) dan lingkaran pemikiran (abstraksi) sama-sama merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Keduanya membentuk fakta kehidupan. Karena itu,adalah pongah kalau orang menjalani hidupnya tanpa berpikir,  dan juga idealis kalau orang berpikir tanpa menyentuh kehidupannya. 

Kita menjalani hidup ini mulai dengan "melihat/mengamati", lalu "memutuskan", dan kemudian "mengambil tindakan" tertentu. Ini semua adalah siklus yang selalu kita tempuh, dan siklus ini  tidak jauh berbeda dengan proses refleksi sebagai basis praksis agar hidup kita dijalani dengan baik. 

Demikianlah, hidup tanpa berpikir dan berpikir tanpa menyentuh kehidupan dapat memberi ekses yang besar terhadap dunia pengalaman kita. Kita, sesungguhnya, membutuhkan dimensi komplementer antara intuisi dan konsep yang meresap masuk dalam pengalaman berpikir, dan berpikir sebagai basis untuk menjalani hidup dengan baik. Itulah pengalaman hidup dan hidup dari pengalaman: life in quest of experience.

 Pastor Felix Baghi, SVD adalah Dosen STFK Ledalero, sedang merampungkan studi doktoral di Universitas St Thomas, Manila.

 

Komentar