BONI, Robertus (2021) Makna Ritus Keti Le Manuk Miteng dalam Kebudayaan Masyarakat Desa Perak. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.
Text
ABSTRAK.pdf Download (851kB) |
|
Text
BAB I.pdf Restricted to Repository staff only Download (150kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (187kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (322kB) |
|
Text
BAB IV - DAFTAR PUSTAKA.pdf Restricted to Repository staff only Download (234kB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan terutama untuk mengungkap makna yang terkadung dalam ritus keti le manuk miteng, salah satu unsur kebudayaan masyarakat Desa Perak. Namun, untuk memberi prapemahaman yang memadai sebelum membahas tentang makna ritus tersebut, dijelaskan juga siapa itu masyarakat Desa Perak dan apa itu ritus keti le manuk miteng. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dan studi pustaka. Objek yang diteliti adalah makna yang terkadung dalam ritus keti le manuk miteng. Sumber data penelitian adalah informan dari Desa Perak yakni tokoh adat dan tokoh masyarakat yang direkomendasikan oleh warga sebagai orang yang paling menguasai ritus keti le manuk miteng. Selain itu, penulis juga menggunakan sumber pustaka dalam bentuk buku-buku dan kamus. Pertama, penulis melakukan wawancara dengan informan kunci dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Setelah itu, penulis melakukan analisis untuk menemukan makna-makna yang terkadung dalam ritus keti le manuk miteng tersebut. Ritus keti le manuk miteng merupakan suatu ritual adat yang bertujuan untuk memutuskan hubungan dengan menggunakan ayam hitam. Hubungan yang dimaksudkan adalah hubungan antara sesama manusia dan hubungan atau ikatan antara manusia dengan berbagai penyakit turunan termasuk berbagai peristiwa buruk yang mungkin akan terjadi sebagai hukuman atas dosa atau karena alasan lain. Setelah menganalisis data-data yang diperoleh, penulis menemukan tiga makna dari ritus keti le manuk miteng. Pertama, pertobatan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Ritus keti le manuk miteng dalam berbagai konteks penerapannya, kecuali dalam konteks pemutusan hubungan antara sesama manusia mengedepankan sikap tobat dan pasrah kepada Mori Keraeng sebagai Wujud Tertingi. Kedua, keberpihakan pada generasi mendatang. Ritus keti le manuk miteng dalam beberapa konteks pengaplikasiannya sangat kuat dilatarbelakangi oleh niat untuk menyelamatkan generasi selanjutnya dari berbagai peristiwa buruk dan penyakit turunan. Ketiga, orang Manggarai sudah ber-Tuhan sebelum Gereja masuk ke wilayah itu. Ritus keti le manuk miteng mengandung banyak unsur kebudayaan yang benar-benar khas kebudayaan orang Manggarai. Lebih dari itu, sejarah menunjukan bahwa Gereja baru masuk Manggarai tahun 1912 yang ditandai dengan upacara pembabtisan pertama di Reok, pada 17 Mei 1912. Karena itu kemungkinan bahwa ritus itu merupakan lahir sebagai pengaruh Gereja sangat tidak mungkin.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Ritus, keti (putus), hubungan, ikatan, manuk miteng (ayam hitam), makna. |
Subjects: | 300 – Ilmu Sosial > 300 Ilmu sosial > 306 Kultur, ilmu budaya, kebudayaan dan lembaga-lembaga, institusi 300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 394 Adat istiadat umum |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 07 Sep 2021 03:28 |
Last Modified: | 18 Nov 2022 09:10 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/840 |
Actions (login required)
View Item |