Menelisik Sistem Perkawinan Patrilineal Ema Tetun Fehalaran-Maumutin Dalam Relasinya Dengan Perkawinan Katolik Menurut Kejadian 2:4b-25 Dan Pengaruhnya Bagi Karya Pastoral Gereja

DUKARMO, Ajito Robi (2020) Menelisik Sistem Perkawinan Patrilineal Ema Tetun Fehalaran-Maumutin Dalam Relasinya Dengan Perkawinan Katolik Menurut Kejadian 2:4b-25 Dan Pengaruhnya Bagi Karya Pastoral Gereja. Masters thesis, STFK Ledalero.

[img] Text
AJITO ROBI DUKARMO, PDF.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Perkawinan merupakan suatu lembaga manusiawi yang mengatur persekutuan hidup antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada ikatan cinta. Dalam konteks sosial budaya, perkawinan menjadi jaminan yang yang menciptakan persatuan dua insan yang berbeda jenis kelamin untuk hidup bersama sebagai suami-isteri. Persatuan melalui ikatan perkawinan ini menunjukkan identitas manusia sebagai pribadi sosial yang hidup dan membentuk persekutuan dengan yang lain. Konsep utama dalam budaya atau masyarakat adat tentang perkawinan adalah suatu upaya persatuan untuk saling mengikat satu sama lain dan membangun kekerabatan dalam keluarga besar. Masyarakat adat ema tetun Fehalaran-Maumutin memiliki pandangannya sendiri dalam memahami perkawinan yang menjadi jaminan dan ikatan yang mempersatukan suami-isteri itu. Ikatan perkawinan adat bagi ema tetun Fehalaran-Maumutin merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam alur hidup seseorang. Perkawinan sebagai dasar terbentuknya sebuah rumah tangga yang monogam dan tak terceraikan yang dikenal dengan sebutan uma kain. Perkawinan dalam masyarakat adat ema tetun Fehalaran-Maumutin bukan hanya untuk membentuk persekutuan antara suami dan isteri semata tetapi juga membentuk persekutuan dengan rumpun keluarga besar kedua belah pihak. Pada hakikatnya, perkawinan adalah sebuah institusi adat yang berfungsi bukan hanya untuk meneruskan keturunan tetapi juga sebagai wahana untuk mempererat ikatan hubungan kekeluargaan dalam suatu relasi kekerabatan yang disebut relasi fetosawa-umamane. Masyarakat adat Fehalaran-Maumutin dikenal dalam kebudayaannya sebagai masyarakat yang menghidupi sistem perkawinan patrilineal. Sistem perkawinan patrilineal pada dasarnya merupakan sebuah sistem perkawinan di mana pertalian darah ditentukan menurut garis keturunan ayah. Sistem perkawinan ini lebih menekankan pada hak dan peran laki-laki dalam kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Laki-laki dipandang sebagai pribadi yang menduduki posisi tertinggi dalam struktur sosial kemasyarakatan, termasuk lebih dominan dalam menentukan segala hal dalam berbagai aspek kehidupan, di dalam kehidupan keluarga dan suku. Dalam perkawinan Allah tidak menghendaki adanya dominasi, karena perempuan dan laki-laki diciptakan sepadan dan sederajat serta memiliki martabat yang sama. Allah menciptakan manusia dalam martabat yang sama sebagai laki-laki dan perempuan untuk membentuk suatu persekutuan hidup antarpribadi. Laki-laki dan perempuan pada hakikatnya adalah sama, karena keduanya tercipta menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Laki-laki dan perempuan tidak hanya berasal dari Pencipta yang sama, tetapi juga dari bahan yang sama. Perempuan diciptakan oleh Allah “dari tulang rusuk” laki-laki dan ditempatkan di sampingnya sebagai teman dan penolong yang sepadan dengan dia. Pertemuan seorang perempuan dan seorang laki-laki itu terjadi karena dorongan inisiatif Allah yang kreatif. Dalam pandangan Gereja Katolik, perkawinan merupakan suatu persekutuan cinta antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang dengan kesadaran penuh dan bebas, saling menyerahkan diri dan menerima, dalam kebersamaan seluruh hidup, untuk mencapai kesejahteraan bersama dalam kesatuan cinta kasih yang tak terpisahkan. Dengan demikian, perkawinan dapat dipahami sebagai persekutuan hidup dan kasih suami-isteri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan hukum-hukumnya, serta dibangun oleh janji pernikahan atau persetujuan pribadi yang tak dapat ditarik kembali. Dalam arti tertentu, perkawinan adalah dimensi pertama yang memiliki makna fundamental dari sebuah panggilan Allah, yang dapat berlangsung seumur hidup. Perkawinan yang bahagia adalah perkawinan yang dibangun atas dasar cinta dan dorongan ilahi dari Allah sendiri. Dengan demikian, ideal sebuah perkawinan untuk menggapai keharmonisan sejati dapat terwujud.

Item Type: Thesis (Masters)
Subjects: 200 – Agama > 220 Alkitab > 221 Perjanjian Lama (Tanakh)
200 – Agama > 240 Moral Kristen dan teologi peribadatan > 249 Kehidupan keluarga dalam ajaran Kristiani
200 – Agama > 250 Orde-orde keagamaan dan Gereja setempat > 253 Kantor dan pekerjaan pastoral (teologi pastoral)
300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 392 Adat istiadat setempat
Divisions: 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik
Depositing User: Mr Floribertus Herichis Wanto Tapo
Date Deposited: 16 Oct 2020 07:00
Last Modified: 08 Dec 2022 00:25
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/62

Actions (login required)

View Item View Item