WEGE, Blasius (2025) Pandangan Masyarakat Adat Bodo-Ngada tentang Hakikat Peo Dalam Perbandingan dengan Salib Kristus dan Implikasinya bagi Karya Pastoral Gereja. Masters thesis, IFTK LEDALERO.
|
Text
ABSTRAKSI.pdf Download (1MB) |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (344kB) |
|
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (613kB) |
|
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (584kB) |
|
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (720kB) |
|
|
Text
BAB V-DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (482kB) |
|
|
Text
LAMPIRAN.pdf Download (605kB) |
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah menggali dan menemukan pandangan Masyarakat Adat Bodo-Ngada tentang hakikat Peo dan merefleksikan perbandingan maknanya dengan Salib Kristus dalam Gereja Katolik serta implikasinya bagi karya pastoral Gereja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian lapangan dan analisis kepustakaan. Data-data untuk menjelaskan hakikat Peo diperoleh melalui proses wawancara mendalam (deep interview) dan Focus Group Discusion yang melibatkan Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Pemerhati Budaya Bodo, dan Anggota Masyarakat Adat Bodo. Guna memperoleh data yang reliabel peneliti juga melakukan observasi non partisipatif dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Masyarakat Adat Bodo menghidupi Peo dan Salib Kristus sebagai simbol persekutuan komunitas. Namun, secara substansial, Peo tidak dapat menggantikan Salib Kristus sebagai simbol persekutuan universal. Elemen esensial, yaitu materi korban dan maksud korban keduanya berbeda. Yesus Kristus bertindak sebagai korban sekaligus yang mempersembahkan korban demi ketaatan kepada kehendak Allah dan keselamatan manusia dan dunia. Dia bertindak sebagai korban sekaligus Imam Agung yang mempersembahkan korban. Korban Salib itu adalah satu-satunya korban yang berkenan kepada Allah dan dilaksanakan sekali untuk selamanya. Berbeda dengan korban Peo di mana materi korban ialah hewan yang dikorbankan oleh manusia sebagai ekspresi doa, permohonan dan syukur kepada Allah. Kurban Peo dilaksanakan secara berulang-ulang dan situasional. Darah hewan korban bukan untuk menebus dosa, melainkan untuk mensakralkan Peo. Simbol Peo dan Salib Kristus secara analogis memiliki empat (4) titik temu yang dapat dijadikan sebagai jalan masuk kepada dialog dan pengembangan inkulturasi. Pertama, Peo dan Salib Kristus merupakan sarana keselamatan. Persekutuan dengan Allah sebagai Wujud Tertinggi itu membawa keselamatan bagi Masyarakat Adat Bodo. Kedua, keduanya merupakan simbol kekuatan dan cinta Allah. Ketiga, Simbol persekutuan komunitas. Keempat, keduanya merupakan simbol yang berakar kuat dalam kebudayaan. Persamaan dan Perbedaan ini berimplikasi bagi para Pelayan Pastoral Gereja dalam melakukan katekese lebih intens agar Masyarakat Adat Bodo tidak terjebak dalam dualisme. Katekese mesti menghantar umat kepada pemahaman baru akan korban, penghormatan kepada roh-roh Leluhur serta persekutuan dengan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dunia
| Item Type: | Thesis (Masters) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | Masyarakat Adat Bodo, Peo, dan Salib Kristus |
| Subjects: | 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 262 Eklesiologi 300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 392 Adat istiadat setempat |
| Divisions: | 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik |
| Depositing User: | Mr Floribertus Herichis Wanto Tapo |
| Date Deposited: | 23 Oct 2025 02:08 |
| Last Modified: | 23 Oct 2025 02:08 |
| URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/3578 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
