Etika Diskursus Jürgen Habermas dan Relevansinya Bagi Penyelesaian Konflik Vertikal di Papua

IYAI, Sebastianus (2025) Etika Diskursus Jürgen Habermas dan Relevansinya Bagi Penyelesaian Konflik Vertikal di Papua. Undergraduate thesis, IFTK LEDALERO.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (480kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (198kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (437kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (382kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (334kB)
[img] Text
BAB V-DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (282kB)

Abstract

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk (1) menelisik dan menjelaskan kontribusi etika diskursus Jürgen Habermas bagi pengelolaan konflik vertikal di Papua, (2) menjelaskan konsep Jürgen Habermas tentang etika diskursus, dan (3) mendeskripsikan realitas konflik vertikal di Papua. Metode yang digunakan dalam pengerjaan skripsi ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam hal ini penulis membuat kajian pustaka terhadap literatur-literatur yang mengulas mengenai konflik vertikal di Papua dan etika diskursus Jürgen Habermas. Papua dilanda konflik vertikal sejak tahun 1963. Konflik vertikal ini terjadi karena adanya marginalisasi serta perbedaan kepentingan dan pendapat antara pemerintah pusat dengan masyarakat Papua. Menurut pemerintah pusat Papua adalah bagian utuh dari Indonesia, sementara menurut masyarakat Papua, Papua sendiri berada terpisah dari Indonesia. Masyarakat Papua menilai terdapat kejanggalan dalam proses integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia karena proses integrasi tersebut tidak sesuai dengan prosedur yang benar dan berjalan di bawah tekanan dari kekuasaan. Konflik antara Pemerintah Pusat (Jakarta) dan masyarakat Papua ini terus berlanjut sampai sekarang. Sejumlah langkah penyelesaian telah dibuat namun tidak kunjung membuahkan hasil yang positif. Bertolak dari persoalan di atas, penulis menawarkan etika diskursus Jürgen Habermas sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan konflik vertikal di Papua. Etika diskursus Habermas menekankan komunikasi yang rasional dan argumentatif. Setiap perbedaan dan kepentingan harus dikomunikasikan secara terbuka. Komunikasi ini berlangsung tanpa ada tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Komunikasi yang terjadi di bawah tekanan, intimidasi, manipulasi dan rekayasa dianggap tidak sah. Menurut etika diskursus tujuan dari komunikasi adalah mencapai konsensus atau kesepakatan bersama dan dasar dari konsensus tersebut adalah argumentasi yang rasional dan disepakati bersama. Prinsip etika diskursus mengatakan bahwa norma dianggap sah apabila disepakati bersama. Bertolak dari prinsip itu, berbagai pandangan dan kepentingan antara masyarakat Papua dan pemerintah pusat harus dikomunikasikan secara bebas dan terbuka. Dalam komunikasi itu setiap partisipan harus memperhatikan klaim-klaim kesahihan seperti kejelasan, kebenaran, ketepatan dan kejujuran. Hal ini bertujuan agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan kesepakatan bersama, yang bisa menyelesaikan konflik antara kedua belah pihak.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Jürgen Habermas, etika diskursus, konflik vertikal di Papua.
Subjects: 100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 101 Teori filsafat
300 – Ilmu Sosial > 300 Ilmu sosial > 305 Kelompok-kelompok sosial
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Floribertus Herichis Wanto Tapo
Date Deposited: 22 Sep 2025 00:43
Last Modified: 22 Sep 2025 00:43
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/3466

Actions (login required)

View Item View Item