KOTEN, Yohanes Gekeng (2025) Menelaah Pemilu 2024 Dalam Terang Etika Politik Aristoteles. Undergraduate thesis, IFTK LEDALERO.
![]() |
Text
Yohanes Gekeng Koten_ABSTRAK.pdf Download (15kB) |
Abstract
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk (1) membahas dinamika pemilu 2024 secara khusus pemilihan presiden dan wakil presiden; (2) mendeskripsikan dan menjelaskan siapa itu Aristoteles dan etika politiknya; (3) menelaah secara kritis dinamika pemilu 2024 dalam terang etika politik Aristoteles. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode kualitatif. Semua sumber dikumpulkan melalui studi kepustakaan. Kemudian dilakukan analisis secara mendalam dengan menggunakan bahan dari sumber-sumber tersebut untuk penulisan karya ilmiah ini. Pada 14 Februari 2024 yang lalu, pemilu di Indonesia kembali dilangsungkan setelah masa jabatan para pemimpin eksekutif dan legislatif periode 2019-2024 purna bakti. Pesta demokrasi ini dipenuhi dengan berbagai ketegangan dan intrik politik. Salah satunya yang mencuat ke publik adalah isu cawe-cawe Presiden Joko Widodo. Keterlibatan Presiden Jokowi dalam bentuk pembagian bansos di daerah padat pemilih, pengangkatan PJ Kepala Daerah yang dinilai janggal, ikut campur debat capres-cawapres, dinilai publik sebagai bentuk cawe-cawe (ikut campur) untuk memenangkan puteranya Gibran Rakabuming. Aristoteles salah seorang Filsuf zaman Yunani kuno melihat bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari politik. Manusia sendiri adalah makhluk politik (zoon politikon). Dalam bukunya Nicomachean Ethics, ia menguraikan pandangannya tentang etika politik. Baginya etika tidak bisa dipisahkan dengan politik. Pemikirannya tentang etika merupakan bagian integral dari uraiannya tentang politik. Menurut Aristoteles, semua manusia dipanggil untuk berpartisipasi dalam politik. Ia mesti merealisasikan dirinya dalam kehidupan politik di dalam polis. Karya ilmiah ini menguraikan tiga poin penting dari etika politik Aristoteles yakni kebajikan, kebahagiaan, serta diferensiasi aktivitas manusia. Dengan menggunakan ketiga poin tersebut, penulis menelaah dinamika pemilu 2024 yang menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, sebagai seorang pemimpin segenap bangsa Indonesia, Presiden Jokowi harus bersikap netral dalam pemilu 2024 agar segenap masyarakat Indonesia teredukasi oleh sikap bajiknya tersebut. Kedua, pembagian bansos di daerah padat pemilih merupakan bentuk politisasi bansos yang memang menghasilkan kebaikan tetapi bukan kebahagiaan. Ketiga, dalam kehidupan politik, perlu dibedakan secara jelas antara urusan privat dan urusan publik. Hal ini sebagai upaya untuk menata kehidupan politik yang lebih baik agar terbebas dari berbagai konflik kepentingan yang dapat merusak citra politik dalam kehidupan negara.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pemilu, Aristoteles, dan Etika Politik |
Subjects: | 100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 101 Teori filsafat 300 – Ilmu Sosial > 320 Ilmu politik > 324 Proses politik |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mauritsius Moat Pitang |
Date Deposited: | 22 May 2025 01:05 |
Last Modified: | 22 May 2025 01:05 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2989 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |