Pancasila sebagai Dasar Berteologi Bagi Agama-agama dalam Era Postsekular di Indonesia

JEBAU, Julius Kardi Hatom (2024) Pancasila sebagai Dasar Berteologi Bagi Agama-agama dalam Era Postsekular di Indonesia. Masters thesis, IFTK LEDALERO.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (2MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (226kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (413kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (484kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (558kB)
[img] Text
BAB V-DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (264kB)

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana Pancasila dapat memberikan konstribusi positif bagi agama-agama dalam berteologi pada era postsekular di negara Indonesia yang plural. Tujuan utama tersebut dicapai melalui beberapa langkah kerja berikut: (1) mengulas perkembangan ide tentang sekularisme dan postsekularisme dalam pelbagai diskursus di dunia dan menggali dan menguraikan perkembangan paham sekularisme dan postsekularisme dalam konteks negara Indonesia, serta sejarah perumusan Pancasila; (2) menggali realitas tantangan berteologi di Indonesia sebagai negara demokratis, yang bagi penulis terletak pada kuatnya politik identitas (radikalisme agama) dan kenyataan pluralitas pandangan hidup (khususnya keagamaan) di Indonesia; (3) menelisik model berteologi yang sesuai dengan konteks Indonesia sebagai negara yang terdiri dari banyak agama dan kepercayaan. Pancasila sebagai dasar negara dijadikan sebagai pijakan teoretis dan analisis. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan menganalisis data primer dan sekunder. Dewasa ini tantang yang dihadapi Indonesia sebagai negara demokrasi adalah kuatnya sentimen primordial dalam kehidupan keagamaan. Berakhirnya rezim represif Orde Baru menjadi musim semi bagi kebangkitan agama-agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh sentimen keagamaan. Kuatnya sentimen religius itu nampak dalam model penghayatan keagamaan yang dilandasi oleh klaim kebenaran tunggal, formalisme penafsiran teks-teks suci, dan penolakan atas pluralitas. Model keagamaan seperti ini mengabaikan aspek rasionalitas iman. Ada krisis penalaran publik dalam kehidupan keagamaan. Model berteologi yang terlampau mengedepankan aspek emosional berpretensi mengkotak-kotakkan masyarakat. Untuk itu tuntutan penggunaal akal budi dalam kehidupan keagamaan bertujuan agar kebenaran-kebenaran iman itu dapat direfleksikan dan dikritisi, sehingga terlepas dari kecendrungan politik identitas (radikalisme) dan mencederai pluralitas. Model keagamaan yang dituntut dalam negara plural Indonesia adalah kerjasama dan komplementer antara iman dan akal budi, sehingga terlepas dari kecendrungan rasionalisme dan fideisme. Dasar yang memungkinkan kerjasama dan komplementer itu adalah Pancasila. Pada titik inilah muncul gagasan pancateologi, yaitu tuntuan model berteologi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (keindonesiaan). Pancasila sebagai produk kultur bangsa Indonesia mendorong bentuk penghayatan keagamaan (teologi) yang yang mendepankan aspek kekeluargaan, inklusif, dan harmoni. Hal ini sekaligus memberi ruang agar ethos memiliki andil dalam membangun demos.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: agama, sekularisme, sentimen primordial, akal budi, Pancasila, Pancateologi.
Subjects: 300 – Ilmu Sosial > 320 Ilmu politik > 321 Sistem pemerintahan dan sistem negara
Divisions: 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 14 Aug 2024 23:48
Last Modified: 14 Aug 2024 23:48
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2449

Actions (login required)

View Item View Item