Ritus Kurban Darah Dalam Budaya Masyarakat Faobata: Refleksi Teologis-Biblis dari Perspektif Kurban Darah Kristus dalam Surat Ibrani dan Relevansinya bagi Karya Pastoral Gereja.

DHENA, Alexander Raymond (2024) Ritus Kurban Darah Dalam Budaya Masyarakat Faobata: Refleksi Teologis-Biblis dari Perspektif Kurban Darah Kristus dalam Surat Ibrani dan Relevansinya bagi Karya Pastoral Gereja. Masters thesis, IFTK LEDALERO.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (710kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (254kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (435kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (318kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (273kB)
[img] Text
BAB V-DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (264kB)
[img] Text
LAMPIRAN.pdf

Download (772kB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk merefleksikan secara teologis-biblis ritus kurban darah dalam budaya masyarakat Faobata dari perspektif kurban darah Kristus dalam surat Ibrani serta relevansinya bagi karya pastoral Gereja. Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah deskriptif kualitatif. Data-data penelitian diperoleh penulis melalui proses wawancara, Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan budayawan, tokoh masyarakat, tokoh adat dan warga masyarakat Faobata serta studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, secara substansial, kurban darah Kristus tidak dapat diperbandingkan dengan kurban darah dalam budaya masyarakat Faobata. Materi dan maksud kurban jelas berbeda. Yesus mempersembahkan Diri-Nya sebagai kurban sekali untuk selama-lamanya untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sedangkan kurban darah dalam budaya masyarakat Faobata menggunakan hewan peliharaan sebagai materi kurban untuk menggantikan manusia. Kurban Kristus juga bersifat kekal, sekali untuk selama-lamanya. Berbeda dengan kurban darah tradisional yang dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat sementara dan situasional, bergantung pada situasi dan intensi para pelaksana kurban. Selain itu, Yesus adalah Imam Agung yang mempersembahkan kurban, Diri-Nya sendiri, yang tidak bercacat dan tidak bercela. Hal ini tentu berbeda dengan ritus kurban darah tradisional yang melibatkan imam adat sebagai perantara antara pelaksana kurban dengan Yang Ilahi. Secara analogis, kedua kurban ini memiliki beberapa persamaan atau titik temu yang dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan sebuah dialog. Pertama, mengenai pendamaian antara manusia dengan Allah yang adalah inisiatif Allah. Kedua, Allah menghendaki manusia untuk menghormati dan menaati-Nya. Motivasi pemberian kurban harus didasarkan pada ketaatan kepada Allah yang juga dinyatakan melalui kasih terhadap sesama. Dengan demikian persembahan kurban harus sampai kepada kasih kepada Allah dan sesamanya. Selain itu, berdasarkan kesejajaran makna terdapat point of contact antara ritus pencurahan darah hewan kurban dalam budaya masyarakat Faobata dengan kurban darah Kristus. Pada dasarnya, semua kurban yang dipersembahkan masyarakat Faobata telah terwakili di dalam kurban Yesus Kristus. Dengan percaya kepada karya keselamatan Allah yang dikerjakan dalam dan melalui Kristus, masyarakat Faobata tidak sekedar mendapat jaminan keselamatan dari roh-roh leluhur, namun lebih dari itu yaitu dari Sang Pencipta kehidupan. Dengan demikian, sebagaimana Yesus Kristus mempersembahkan Darah-Nya sebagai kurban, masyarakat Faobata juga hendaknya menyadari dirinya sebagai kurban bagi Tuhan dan sesama.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Ritus Kurban Darah, Masyarakat Faobata, dan Kurban Darah Kristus
Subjects: 200 – Agama > 220 Alkitab > 225 Perjanjian Baru
300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 392 Adat istiadat setempat
Divisions: 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 14 Aug 2024 23:34
Last Modified: 14 Aug 2024 23:34
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2419

Actions (login required)

View Item View Item