Corak Hidup Interkultural Rasul Paulus dalam Galatia 3: 15-29 dan Implikasinya Terhadap Dialog Antaragama Di Indonesia

BUDIMAN, Korsinus (2024) Corak Hidup Interkultural Rasul Paulus dalam Galatia 3: 15-29 dan Implikasinya Terhadap Dialog Antaragama Di Indonesia. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.

[img] Text
Korsinus Budiman_Abstraksi.pdf

Download (189kB)

Abstract

Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk (1) mengkaji dan menjelaskan corak hidup interkultural Rasul Paulus dalam Galatia 3: 15-29, (2) menganalisa secara mendalam corak hidup interkultural Paulus dan implikasinya bagi terwujudnya dialog antaragama di Indonesia. Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan karya ini ialah penelitian kepustakaan. Penulis menemukan bahwa realitas perbedaan agama di Indonesia selalu ambivalen, oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang lebih humanis yakni berbasis pada dialog antaragama. Meskipun demikian dialog sebagai jembatan untuk menerima perbedaan memiliki keterbatasan yang mendasar yakni perbedaan doktrin setiap agama, dialog seringkali hanya digarap oleh elit intelektual dan pemuka agama. Indikatornya sangat jelas yakni kasus intoleransi dan konflik horizontal akibat sikap eksklusivisme dan fundamentalisme. Jalan terjal yang harus dilalui untuk menyikapi kegamangan seperti ini adalah dengan menghidupkan forma mentis interkultural. Forma mentis interkultural merupakan paradigma alternatif ketika upaya mengatasi konflik dengan pendekatan agama tidak memadai. Interkulturalitas menawarkan satu model pendekatan yang konstruktif yakni dialog antarbudaya. Setiap orang dipanggil untuk saling belajar dan memperkaya satu sama lain. Untuk memahami konsep tentang interkultural, maka Rasul Paulus menjadi rujukan penting dalam karya tulis ini. Paulus telah menghidupi corak hidup interkultural dan berhasil keluar dari kungkungan radikalisme dan sikap fundamentalistis terhadap doktrin sebuah agama. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia 3:15-29 menjadi lokus tekstual untuk memahami perjuangan Paulus dalam membebaskan orang-orang Galatia dari belenggu doktrin Hukum Taurat. Saulus yang bertobat menjadi Paulus melewati sejarah yang kelam yakni pertobatan secara kultural dan religius. Kedua model pertobatan ini bertolak dari mentalitas interkulturalnya yang hidup dalam tiga budaya yakni Yahudi, Helenis dan Romawi. Paulus menegaskan bahwa martabat manusia sama di hadapan Allah, maka keselamatan Allah bersifat universal dan inklusif sedangkan Hukum Taurat hanya menuntun orang Yahudi untuk hidup dalam hukum Tuhan dan tidak menyembah allah lain. Bertolak dari pengalaman Paulus ini, penulis mengemukakan beberapa implikasinya terhadap dialog antaragama di Indonesia yakni (1) corak hidup interkultural Paulus melawan eksklusivisme dan fundamentalisme agama, (2) corak hidup interkultural Paulus menyadarkan adanya prinsip kesetaraan, (3) corak hidup interkultural Paulus menghadirkan wawasan yang inklusif, (4) corak hidup interkultural mengubah perjumpaan menuju dialog, (5) corak hidup interkultural Paulus melawan politik keseragaman.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Rasul Paulus, Galatia 3:15-29, dialog antaragama, interkulturalitas, doktrin komprehensif, forma mentis
Subjects: 200 – Agama > 200 Agama > 205 Etika keagamaan, etika agama
200 – Agama > 220 Alkitab > 227 Epistola, surat-surat Rasul
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 20 May 2024 03:22
Last Modified: 20 May 2024 03:22
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2280

Actions (login required)

View Item View Item