Praktik Korupsi dan Degradasi Kualitas Demokrasi di Indonesia (Analisis dari Perspektif Banalitas Kejahatan Hannah Arendt)

SELAI, Kaprisius Edwin (2024) Praktik Korupsi dan Degradasi Kualitas Demokrasi di Indonesia (Analisis dari Perspektif Banalitas Kejahatan Hannah Arendt). Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (276kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (224kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (648kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (396kB)
[img] Text
BAB IV-DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (204kB)

Abstract

Skripsi ini bertujuan untuk (1) mengkaji relasi antara praktik korupsi para pejabat publik dengan degradasi kualitas demokrasi di Indonesia, (2) membaca praktik korupsi dan degradasi kualitas demokrasi di Indonesia dalam terang konsep banalitas kejahatan Hannah Arendt, (3) memproposalkan aktivitas berpikir sebagai jalan membasmi korupsi dan memulihkan marwah demokrasi di Indonesia. Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskripsi kualitatif. Artinya, penulis membaca serta merefleksikan beragam literatur yang berkenaan dengan topik yang dibahas, baik dalam bentuk buku, jurnal, koran, atau pun sumber-sumber elektronik. Pembacaan sekaligus refleksi atas beragam literatur ini membantu penulis dalam membedah problem korupsi para pejabat publik dan degradasi kualitas demokrasi di Indonesia seturut konsep banalitas kejahatan Hannah Arendt. Secara garis besar, skripsi ini berbicara tentang fakta korupsi para pejabat publik di Indonesia yang berimbas pada degradasinya kualitas demokrasi (baca: Demokrasi Pancasila). Mandat yang dipercayakan oleh rakyat kepada para pejabat publik, baik melalui pemilihan maupun penunjukkan, untuk menyelenggarakan roda pemerintahan demokratis justru disalahgunakan untuk memenuhi interese pribadi dan kelompok. Sebaliknya, rakyat sebagai sentrum utama demokrasi malah disubordinasi. Konsekuensinya, kedaulatan rakyat diingkari, distribusi kesejahteraan tidak merata, apatisme politik semakin menguat, dan terutama kepercayaan rakyat terhadap para pejabat publik dan sistem demokrasi itu sendiri menurun. Sebagaimana Hannah Arendt dalam refleksinya terhadap sosok Adolf Eichmann, penulis melihat bahwa akar persoalannya terletak pada ketidakmampuan berpikir dan berimajinasi para pejabat publik ketika dihadapkan pada sistem yang korup atau perintah atasan untuk bertindak korup, baik dalam bentuk korupsi uang rakyat, suap-menyuap, nepotisme, dan lain sebaginya. Ada indikasi bahwa mereka mengikuti secara buta sistem yang ada (sikap konformis). Selain itu, mereka dengan gampang diperintah dan diinstrumentalisasi oleh atasan (worldlessness) untuk bertindak korup, tanpa ada satu upaya penilaian kritis. Oleh karena itu, sebagai langkah solutif, sebagaimana Hannah Arendt, penulis memproposalkan pentingnya mereaktifkan aktivitas berpikir, baik berpikir sebagai dialog dengan diri sendiri, berpikir representatif, dan juga berpikir sebagai upaya melawan konformitas. Mereaktifkan aktivitas berpikir menjadi sebuah kemendesakkan agar para pejabat publik tidak terjebak di dalam sistem yang korup serta tidak mudah dimobilisasi dan diinstrumentalisasi oleh atasan untuk menjadi penjahat demokrasi lewat aktus korupsi.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Korupsi, Kemunduran Demokrasi, Banalitas Kejahatan, dan Aktivitas Berpikir.
Subjects: 100 - Filsafat dan Psikologi > 100 Filsafat > 101 Teori filsafat
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mauritsius Moat Pitang
Date Deposited: 10 May 2024 23:28
Last Modified: 21 Sep 2024 13:31
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/2233

Actions (login required)

View Item View Item