Gereja Lokal Keuskupan Larantuka Membangun Solidaritas Dengan dan Antar Kaum Buruh Migran dan Perantau dalam Terang Laborem Exercens.

ERAP, Arnoldus Sofiano Boli (2020) Gereja Lokal Keuskupan Larantuka Membangun Solidaritas Dengan dan Antar Kaum Buruh Migran dan Perantau dalam Terang Laborem Exercens. Undergraduate thesis, STFK Ledalero.

[img] Text
arnoldus sofiano 15.75.5834.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan peran Gereja Lokal Keuskupan Larantuka dalam upaya membangun solidaritas kaum buruh migran dan perantau dalam terang Laborem Exercens, dan (2) sebagai sebuah syarat wajib akademis untuk memperoleh gelar sarjana filsafat setelah mengikuti kuliah filsafat di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan yaitu analisis data sekunder. Data penelitian ini ialah penggambaran Gereja Lokal Keuskupan Larantuka membangun solidaritas dengan dan antar kaum buruh migran dan perantau dalam terang Laborem Exercens. Ada dua sumber data penelitian ini yakni data primer dan data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah sebuah ensiklik Laborem Exercens oleh Paus Yohanes Paulus II. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah naskah-naskah yang berbicara tentang Gereja Lokal Keuskupan Larantuka membangun solidaritas dengan dan antar kaum buruh migran dan perantau, secara khusus kajian tentang para migran dan perantau dan permasalahan pada umumnya. Instrumen dalam penelitian ini adalah penelitian sendiri sebagai instrumen utama yang dibantu dengan lembaran format inventaris data. Format tersebut berguna untuk mengumpulkan data yang menjurus pada peran gereja Lokal Keuskupan Larantuka dalam upaya membangun solidaritas dengan dan antar kaum buruh migran dan perantau. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non interaktif yang meliputi content analysis (analisis isi) terhadap dokumen dan arsip. Untuk pengabsahan data digunakan teknik uraian yang menuntut peneliti untuk menganalisis hasil penelitiannya dengan seteliti mungkin. Cara pengumpulan data dengan teks dan telaah kepustakaan, dengan beberapa langkah antara lain, (1) membaca dan memahami ensiklik Laborem Exercens secara teliti, (2) menghubungkan peristiwa yang mengarah kepada permasalahan penelitian, dan (3) menginventaris data berdasarkan format inventaris data. Data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan beberapa langkah, yaitu dengan mendeskripsikan data berdasarkan peran Gereja Lokal Keuskupan Larantuka membangun solidaritas dengan dan antar kaum buruh migran, mengklasifikasikan data melalui seruan Gereja dalam ensiklik Laborem Exercens, membuat kesimpulan dari hasil penelitian dan menulis laporan. Data-data yang dikumpulkan tersebut diolah untuk memformulasi jalan pikiran yang logis dan jelas sesuai dengan arah yang mau dicapai. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) Fenomena mobilitas manusia pada zaman sekarang sering menyebabkan penderitaan karena kehilangan hak dan kewajiban dari negerinya sendiri. Setiap pribadi memiliki hak untuk tidak berimigrasi yakni hak untuk hidup dengan damai dan bermartabat di negerinya sendiri. Namun, ada orang-orang yang terpaksa berpindah karena penganiayaan, bencana alam, atau faktor-faktor lain yang menimbulkan kesulitan ekstrem termasuk bahaya untuk hidup mereka. Dari sekian motif yang ada, fenomena migrasi zaman sekarang ini dilatarbelakangi oleh faktor sosio-ekonomi yang masih lemah akibat kurangnya pemenuhan sumber daya manusia. Dengan kata lain, kemiskinan selalu menjadi sumber persoalan sosial. (2) Kaum buruh merupakan anggota masyarakat kelas bawah yang terus menerus mengalami penindasan dan diperlakukan secara tidak adil oleh masyarakat kelas atas atau dalam hal ini para kapitalis dan kaum feodal. Penindasan seperti ini mengakibatkan banyak masyarakat miskin menjadi lebih miskin akibat penindasan secara struktural dalam sistem sosial, ekonomi dan budaya. Ketidakadilan ini mengakibatkan hilangnya sistem keadilan dalam menegakkan hak dan kewajiban para kaum buruh. Martabat para pekerja sudah mengalami pergeseran nilai di mana manusia sebagai objek atas kerja bukan sebagai subjek pekerja itu sendiri. Akibat dari penindasan ini, Orang memutuskan untuk bermigrasi sebagai bentuk pelarian atas penindasan baik secara ekonomi, sosial dan budaya. (3) Gereja melalui seruan profetis mengupayakan untuk membebaskan martabat manusia dari ketidakadilan. Beberapa model Gereja secara eksistensial telah membantu manusia untuk menemukan kasih Allah sebagai penyelamat di tengah-tengah dunia. Paus Yohanes Paulus II sebagai pemimpin Gereja Katolik universal melalui ensiklik Laborem Exercens juga menyuarakan kepedulian akan nilai kerja manusia yang telah mengalami perubahan makna. Masalah mengenai kerja adalah kunci hakiki dari segala masalah sosial. Kerja dilihat sebagai partisipasi manusia dalam karya penciptaan Allah maka kerja dipandang sebagai hal yang tidak lepas dari masalah keadilan dan perdamaian. Oleh karena itu, melalui terang Laborem Exercens, Gereja melihat pentingnya membangun solidaritas terhadap sesama manusia khususnya bagi para pekerja agar panggilan manusia sebagai subjek kerja menjadi terlaksana sebagai partisipasi manusia dalam kegiatan Sang Pencipta. (4) Keuskupan Larantuka sebagai Gereja lokal juga turut menanggapi realitas buruh migran dan perantau. Sebagai Gereja lokal, realitas ini tidak luput dari perhatian pastoral pengembalaan. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah komisi buruh migran dan perantau oleh keuskupan Larantuka yang bertugas memperhatikan nasib para buruh migrant sesuai dengan reksa pastoral keuskupan Larantuka yang berpedoman pada Kitab Suci, tradisi, Magisterium Gereja, dan secara khusus Ajaran Sosial Gereja. Pelayanan pastoral bagi para migran ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan Gereja Lokal Keuskupan Larantuka untuk sejumlah besar umat katolik yang merantau keluar daerah dan luar negeri, terutama Malaysia (Timur & Barat). Atas dasar itu, dalam membangun solidaritas kaum buruh migran dan perantau yang partisipatif, Gereja keuskupan Larantuka perlu menjadi Gereja migran. Identitas Gereja yang berziarah di tengah arus migrasi yang semakin plural harus hadir dalam realitas migran dan perantau agar mampu memberikan sebuah jawaban pastoral terhadap kebutuhan, harapan, serta mimpi mereka. Gereja juga harus melihat para migran sebagai locus pastoral yang mengutamakan martabat manusia sebagai pusat pastoral di bawah bimbingan Kitab Suci dan Ajaran Sosial Gereja. Gereja harus melihat migran sebagai subyek evangelisasi di mana karya pewartaan harus mampu dimaknai oleh para migran dan perantau. Ada beberapa bentuk konkrit peran Gereja keuskupan Larantuka dalam upaya membantu para migran dan perantau dalam terang ensiklik Laborem Exercens yakni: Pertama, pendampingan rohani sebagai partisipasi dalam kegiatan Sang Pencipta (LE. Art. 25). Kedua, solidaritas Gereja dengan migran: sebuah penegakan keadilan (LE. Art. 8). Ketiga, penyadaran migrasi yang bermartabat (LE. Art. 9). Keempat, solidaritas pekerja: pemberdayaan migran dan perantau melalui kegiatan-kegiatan komisi pastoral migran dan perantau yang meliputi: biro informasi dan komunikasi, biro dokumentasi dan publikasi, pastoral anak-anak migran, visitasi atau asistensi, biro advokasi dan biro perjalanan. Akhirnya, melalui bentuk konkrit peran Gereja ini sedapat mungkin Gereja lokal dimampukan untuk membangun kembali solidaritas dengan dan antar kaum buruh migran dan perantau melalui terang Laborem Exercens.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kaum Buruh Migran dan Perantau, Solidaritas, Kerja, Gereja Lokal Keuskupan Larantuka, ensiklik Laborem Exercens
Subjects: 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 262 Eklesiologi
300 – Ilmu Sosial > 330 Ekonomi > 331 Ekonomi perburuhan, tenaga kerja
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 09 Nov 2020 02:26
Last Modified: 08 Dec 2022 00:41
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/159

Actions (login required)

View Item View Item