LENGI, Hironimus Emilianus (2020) Makna Di Balik Ritus Nggua Keu Uwi Masyarakat Lio-Wolomuku Dalam Perbandingan Dengan Ekaristi Sebagai Perayaan Syukur. Masters thesis, STFK Ledalero.
Text
HIRONIMUS EMILIANUS LENGI (17.749).pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menjelaskan apa itu ritus Nggua Keu uwi, (2) menjelaskan Nilai-nilai dan makna-makna apa saja yang terdapat di dalam ritus Nggua Keu Uwi, dan (3) menjelaskan persamaan dan perbedaan makna ritus Nggua Keu Uwi dengan Ekaristi sebagai perayaan syukur. Metode yang dipakai dalam penelitian ini penelitian lapangan dan studi kepustakaan. Penelitian lapangan berupa wawancara terstruktur dengan masyarakat dan tokoh adat masyarakat Wolomuku. Berdasarkan hasil penelitian, bagi masyarakat Wolomuku, ritus Nggua Keu Uwi dilaksanakan untuk mencapai dua tujuan. Pertama, ritus Nggua Keu Uwi dilaksanakan sebagai acara syukuran atas hasil panen dan untuk mempersembahkan kurban kepada Wujud Tertinggi, yakni Du’a Ngga’e, dan kepada para leluhur, berupa seluruh hasil panen sekaligus meminta berkat untuk aktivitas tanam-menanam di musim yang baru. Kedua, untuk memberi petunjuk mengenai angka kelahiran dalam setahun. Beberapa makna-makna yang terdapat di balik pelaksanaan ritus Nggua Keu Uwi yakni, Sebagai Ucapan Syukur kepada Wujud Tertinggi, Sebagai Kesempatan untuk Memohon Berkat, Sebagai Momen Persatuan, Sebagai Momen Menyelesaikan Silang Sengketa, Sebagai Penghormatan terhadap Alam, Sebagai Pelestarian Kebijaksanaan Warisan Leluhur. Ritus Nggua Keu Uwi mencapai puncak pada ritus Pu Maru, di mana para Mosalaki duduk mempersembahkan kurban berupa keu dan uwi (pinang dan ubi) kepada para leluhur dengan keadaan diam; tanpa mengeluarkan suara ataupun bergerak. Pada ritus ini, ada seorang perempuan yang dipilih secara adat dan juga turunan mosalaki, dengan mengenakan pakaian adat lengkap, duduk diam sambil berdoa dalam hati kepada Wujud Tertinggi. Dalam ritus ini, doa syukur dan harapan dilambungkan ke hadirat Wujud Tertinggi atau Tuhan. Syukur untuk segala berkat yang diperoleh selama setahun khususnya hasil panen berladang, beternak dan kesehatan yang diperoleh seluruh masyarakat dalam kampung tersebut. Ritus Nggua Keu Uwi masyarakat Wolomuku memiliki beberapa kesamaan dengan perayaan Ekaristi dalam Gereja Katolik. Beberapa kesamaan upacara Nggua Keu Uwi dan perayaan Ekaristi adalah sebagai berikut: Pertama, pada kedua perayaan tersebut terdapat struktur yang sama yakni diawali dengan “liturgi Sabda” selanjutnya diikuti liturgi “korban”. Kedua, memiliki intensi atau muatan isi yang sama yakni sebagai perayaan syukur atas penyelenggaraan dan kebaikan Allah yang telah dan senantiasa memberkati serta menyelamatkan hidup mereka. Ketiga, keduanya merupakan perjamuan pemersatu atau perjamuan bersama yang bertujuan meneguhkan persatuan sebagai satu komunitas umat beriman. Keempat, kedua perayaan ini memiliki simbol-simbol yang memuat ungkapan syukur dari umat yang merayakan syukur tersebut. Simbol-simbol yang digunakan pada kedua perayaan ini memang berbeda namun keduanya memiliki makna religiositas yang mengarah pada Wujud Tertinggi yang sama yaitu Allah. Kelima, Kedua perayaan ini terjadi di dalam komunitas yang memiliki keyakinan yang sama. Oleh karena itu, kedua perayaan ini selalu dirayakan bersama-sama. Keenam, kedua perayaan ini memiliki beberapa unsur syukur yang sama misalnya, doa dan perjamuan (komuni). Selanjutnya kedua perayaan tersebut memiliki beberapa perbedaan yang mencirikan kekhasan masing-masing tradisi. Pertama, perbedaan pada simbol yang digunakan dalam perayaan tersebut. Tradisi Gereja Kristen menggunakan simbol anak domba. Dalam perayaan Ekaristi, Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya untuk keselamatan umat manusia. Sedangkan dalam ritus Nggua Keu Uwi, masyarakat Wolomuku menggunakan uwi sebagai simbol utama. Kedua simbol tersebut (Anak Domba dan uwi) memiliki makna yang sama yakni sebagai korban syukur dalam perayaan tersebut. Akan tetapi tidak berarti kedua simbol tersebut dapat dipertukarkan karena keduanya lahir dari konteks budaya dan sejarah yang berbeda. Kedua, perbedaan pada pemimpin dan korban. Pada perayaan Ekaristi, Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk menebus dosa umat manusia. Yesus adalah korban satu-satunya dalam perayaan tersebut. Sehingga dalam perayaan Ekaristi, Yesus Kristus adalah pemimpin sekaligus yang dikorbankan. Dalam ritus Nggua Keu Uwi, pemimpin perayaan dan korban untuk perayaan tersebut berbeda. Mosalaki (kepala adat) berperan sebagai pemimpin sedangkan yang dikorbankan adalah uwi. Artinya, mosalaki tidak berperan sebagai pemimpin sekaligus korban. Relevansi dari penelitian ini adalah Meningkatkan Kesadaran Umat Beriman akan Hidup Ekaristis, Menguatkan Nilai-Nilai Ritus Nggua Keu Uwi dalam Menghadapi Arus Negatif Globalisasi, dan Mendorong Masyarakat Wolomuku Mewartakan Benih Sabda Allah
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Ritus Nggua Keu Uwi, Ritus Pu Maru, Ekaristi, Perbandingan, Teologi Ekaristi. |
Subjects: | 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 265 Sakramen dan ritual lain dalam Kristen 300 – Ilmu Sosial > 390 Adat istiadat, etiket, dan cerita rakyat > 392 Adat istiadat setempat |
Divisions: | 77101 Ilmu Agama/Teologi Katolik |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 05 Nov 2020 01:04 |
Last Modified: | 13 Dec 2022 06:19 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/137 |
Actions (login required)
View Item |