TAE, Dominikus (2020) Ensiklik Pacem In Terris Dan Relevansinya Bagi Misi Gereja Dalam Upaya Meretas Masalah Terorisme Di Indonesia. Undergraduate thesis, STFK Ledalero.
Text
Skripsi Dominikus Tae.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Penulisan karya ilmiah ini hanya berupa kajian pustaka yang bertujuan menampilkan dan menjelaskan usaha Gereja Katolik dalam meretas bahaya terorisme yang sedang melanda Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perdamaian merupakan sebuah nilai dan suatu kewajiban universal yang dilandaskan pada suatu tatanan masyarakat yang rasional dan bermoral serta berakar pada Allah sebagai sumber pertama dari keberadaan, kebenaran hakiki serta kebaikan tertinggi. Perdamaian adalah buah keadilan yang dipahami secara luas sebagai sikap hormat terhadap keseimbangan setiap pribadi manusia. Perdamaian akan terancam apabila manusia tidak mendapatkan segala sesuatu yang menjadi haknya sebagai pribadi atau tatkala martabatnya tidak dihormati dan manakala kehidupan sipilnya tidak diarahkan kepada kesejahteraan umum. Pembelaan dan penegakan hak asasi manusia pada hakikatnya adalah demi pembangunan sebuah masyarakat yang damai serta perkembangan terpadu setiap individu dan bangsa. Berdasarkan realitas masa kini, pelbagai konflik sosial telah menjalar di tengah-tengah kehidupan bersama. Perkembangan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi telah menciptakan ruang bagi peradaban manusia serentak menimbulkan keresahan dalam kehidupan bersama. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi turut menciptakan kemajuan bagi manusia serentak menyebabkan ketidakadilan yang berujung pada konflik sosial. Ketika ketidakadilan sosial atau tindakan diskriminasi yang terus-menerus dilakukan oleh negara atau pihak yang berkuasa terhadap individu atau kelompok tertentu, maka tidak dapat ditampik bahwa ketidakadilan akan melahirkan kekerasan yang berujung pada lahirnya kelompok-kelompok fundamentalis yang radikal sebagai reaksi untuk memerangi ketidakadilan. Seringkali kaum fundamentalis memanfaatkan agama sebagai sarana untuk mengafirmasi kejahatan sebagai kehendak Allah. Tindakan kaum fundamentalis yang radikal ini sebagai reaksi atas ketidakadilan dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan budaya yang berujung pada lahirnya terorisme. Rentetan peristiwa mulai dari pemboman yang menimpa gedung World Trade Center Amerika Serikat pada 11 September 2001, dianggap sebagai peristiwa penentu arah sejarah dunia di awal abad ke XXI, disusul dengan beberapa aksi terorisme yang melakukan pengeboman di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal itu terlihat dari aksi-aksi pengeboman di sejumlah kota besar, seperti: Jakarta, Medan, Surabaya, Makasar dan beberapa kota lainnya. Beberapa kelompok bernuansa terorisme yang berafiliasi di Indonesia seperti Jamaah Islamyah serta kelompok lainnya yang diduga bekerja sama kelompok jihadis Al-Qaeda yang dimotori oleh Osama bin Laden. Motif lahirnya terorisme di Indonesia hingga saat ini belum terungkap secara tuntas, namun beberapa fakta menyebutkan ketidakadilan di dalam negara dan bentuk diskriminasi lainnya terhadap individu atau kelompok tertentu. Bahaya terorisme kini sudanh dan sedang menyerang masuk ke dalam kehidupan Gereja. Untuk menanggapi situasi tersebut, Gereja memiliki ajaran-ajaran sosial yang mengangkat masalah-masalah sosial dan solusi-solusi yang diberikan demi kesejahteraan umat manusia. Dalam hal ini, ensiklik Pacem in Terris sebagai salah satu dari sekian banyak ensiklik sosial lainnya sangat relevan bagi Gereja untuk meretas bahaya terorisme. Ensiklik Pacem in Terris merupakan salah satu ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada tanggal 11 April 1963. Amanat Paus Yohenes XXIII dalam ensiklik Pacem in Terris menyoroti bahaya peperangan, tetapi jika lihat lebih jauh maka bahaya terorisme juga menjadi keprihatinan Paus sebagai pimpinan Gereja. Amanat yang diberikan oleh Paus Yohanes XXIII dalam ensklik Pacem in Terris, memuat nilai-nilai bagi perdamaian bagi dunia yang hingga kini masih relevan bagi misi Gereja dalam usaha membendung bahaya terorisme di Indonesia. Paus mengajak umat Kristiani untuk memperjuangkan keadilan dan hak-hak setiap manusia agar tidak terjadi tindakan diskriminatif satu sama lain. Paus melihat bahwa peperangan terjadi akibat ketidakadilan yang dilakukan oleh pihak yang berkuasa. Dalam hal ini, terorisme lahir sebagai reaksi atas praktik ketidakadilan yang menguntungkan segelintir individu dan kelompok tertentu. Terorisme lahir sebagai reaksi untuk memperjuangkan hak dan suara mereka yang tidak diperhatikan dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya dan pendidikan. Oleh sebab itu, umat Kristiani diajak untuk turut memerangi bahaya terorisme berdasarkan nilai-nilai perdamaian yang telah diamanatkan oleh Paus dalam ensiklik Pacem in Terris yang secara substansial menekankan pentingnya pengorhormatan terhadap hak-hak setiap individu sebagai makhluk yang bermartabat.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pacem in Terris, keadilan, perdamaian, cinta kasih, kebebasan, Hak Asasi Manusia, misi, Gereja, terorisme, ketidakadilan |
Subjects: | 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 262 Eklesiologi 300 – Ilmu Sosial > 300 Ilmu sosial > 303 Proses sosial |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 27 Oct 2020 04:38 |
Last Modified: | 22 Dec 2022 05:50 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/128 |
Actions (login required)
View Item |