Makna Nupsial Tubuh Dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio Dari Yohanes Paulus II Dan Relevansinya Bagi Hidup Perkawinan Katolik

DADUS, Yosefan Arwandi (2020) Makna Nupsial Tubuh Dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio Dari Yohanes Paulus II Dan Relevansinya Bagi Hidup Perkawinan Katolik. Undergraduate thesis, STFK Ledalero.

[img] Text
MAKNA NUPSIAL TUBUH DALAM ANJURAN APOSTOLIK FAMILIARIS CONSORTIO DARI YOHANES PAULUS II DAN RELEVANSINYA BAGI HIDUP PERKAWINAN KATOLIK SKRIPSI OLEH YOSEFAN ARWANDI DADUS.pdf
Restricted to Registered users only

Download (775kB)

Abstract

Manusia dalam dirinya merupakan ada secara individu serentak sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian tanpa kehadiran dan senantiasa membutuhkan orang lain. Keberadaan manusia sangat ditentukan oleh relasinya bersama dengan yang lain, karena hanya dengan demikianlah ia dapat memenuhi kompleksitas kebutuhannya. Lebih daripada itu, manusia hanya dapat mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi-potensi terberi dalam dirinya jika ia berada bersama dengan orang lain. Dengan demikian, kehadiran orang lain dalam kehidupan seorang manusia merupakan sesuatu yang sangat urgen dan eksistensial. Kebutuhan akan kehadiran orang lain membuat manusia mempunyai kencenderungan alamiah untuk selalu bersatu dan berada bersama yang lain. Manifestasi adanya dorongan dasariah untuk selalu berada bersama yang lain itu adalah keberadaan berbagai organisasi, persekutuan dan berbagai institusi dalam kehidupan manusia. Berdasarkan tingkatan dan kompleksitas kebutuhannya, organisasi yang dibentuk manusia juga beragam, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit. Keluarga (dalam hal ini: Keluarga Katolik), merupakan salah satu institusi atau persekutuan yang mempunyai cakupan lebih sempit dalam masyarakat. Dalam skala yang lebih luas, persekutuan keluarga Katolik adalah Gereja. Menggarisbawahi poin ini, Katekismus Gereja Katolik nomor 782 mengatakan, “Orang menjadi anggota umat Allah bukan melalui kelahiran jasmani, melainkan melalui ‘kelahiran dari atas’, ‘dari air dan roh’ (Yoh. 3:3-5), artinya oleh iman kepada Kristus dan Pembaptisan. Ia adalah umat Allah. Allah bukan milik suatu bangsa secara khusus. Tetapi Ia telah membentuk satu umat dari mereka yang sebelumnya bukan merupakan bangsa: bangsa yang terpilih, imamat rajawi, bangsa yang kudus” (1Ptr. 2:9). Keluarga Katolik terbentuk melalui persatuan yang mesra dan sah antara seorang pria dan wanita dalam ikatan Sakramen Perkawinan Katolik. Melalui sakramen perkawinan, Allah dalam perutusan Yesus, Sang Putra, Pengantara manusia dengan-Nya hadir sebagai cinta dan menjadi landasan dasar bagi keduanya. Dengan cinta-Nya Ia memanggil manusia untuk bersatu dengan-Nya, menjadi rekan kerja bagi keluarga itu sendiri dan juga bagi dunia universal dalam misi pengudusan bagi yang lain. Lebih lanjut dasar hakiki perkawinan Katolik adalah cinta kasih yang satu dan terceraikan, saling memberi dan menerima dalam tindakan prokreasi yang menunjukkan makna nupsial paling mendalam, tercapai serta terjaminnya pendidikan dan kesejahteraan bagi kehadiran individu baru serta dunia universal. Akan tetapi, realitas membuktikan bahwa ciri-ciri ideal yang menjadi tujuan terbentuk keluarga Katolik tidak selalu berjalan mulus. Salah satu faktor yang menyebabkan surutnya nilai-nilai persatuan dasariah dan tujuan perkawinan Katolik ini adalah pengaruh negatif globalisasi dan modernisme. Meski diakui bahwa globalisasi dan dunia modern telah memengaruhi perkembangan pesat dalam hidup manusia, tidak ditampik pula bahwa sejumlah fakta juga turut menampakkan sisi destruktif hidup manusia, tidak terkecuali institusi keluarga Katolik. Dalam rangka memurnikan panggilan luhur keluarga Katolik, Paus Yohanes Paulus II, teolog humanis dan anti diskriminasi membaca situasi ini sebagai tantangan bagi Gereja yang perlu diperhatikan secara serius. Oleh karena itu, melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio ia menawarkan upaya-upaya solutif sebagai langkah pastoral guna menghadapi pelbagai tantang zaman tersebut agar mengarahkan keluarga Katolik pada pilihan-pilihan yang tepat dan bijaksana. Paus Yohanes Paulus II mengajak setiap keluarga, keluarga Katolik khususnya untuk mendekatkan dirinya pada kebenaran Sabda Allah, sumber hidup umat beriman serentak menjadi rekan kerja Allah dalam misi pengudusan bagi dunia. Familiaris Consortio menjadi acuan bagi keluarga-keluarga Katolik agar menekankan aspek kesatuan tubuh dalam seluruh kompleksitasnya sebagai bagian paling inti dari perkawinan Katolik. Melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus II, keluarga-keluarga Katolik diharapkan dapat mengarungi bahtera rumah tangganya seraya menimba kekuatan dari sumber Sabda Allah serentak menegaskan perannya sebagai rekan kerja Allah dalam sebuah tugas perutusan bagi yang lain.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Paus Yohanes Paulus II, Familiaris Consortio, keluarga Katolik, nupsial, perkawinan Katolik.
Subjects: 200 – Agama > 240 Moral Kristen dan teologi peribadatan > 241 Etika Kristen
200 – Agama > 240 Moral Kristen dan teologi peribadatan > 249 Kehidupan keluarga dalam ajaran Kristiani
200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 262 Eklesiologi
Divisions: 75201 Ilmu Filsafat
Depositing User: Mr Fransiskus Xaverius Sabu
Date Deposited: 27 Oct 2020 00:44
Last Modified: 06 Dec 2022 00:24
URI: http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/123

Actions (login required)

View Item View Item