ATABAU, Paskalis Yuven (2022) Konsep Transendensi Feminin Simone De Beauvoir: Sebuah Tinjauan Analitis-Kritis Dan Relevansinya Untuk Gerakan Emansipasi Perempuan Di Indonesia. Undergraduate thesis, IFTK Ledalero.
Text
Paskalis Yuven Atabau_Abstraksi.pdf Download (195kB) |
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (433kB) |
|
Text
BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (565kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (635kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (503kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (528kB) |
|
Text
BAB V-DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (595kB) |
Abstract
Skripsi ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis konsep transendensi feminin Simone de Beauvoir, (2) menjelaskan realitas kekerasan terhadap perempuan di Indonesia dan (3) untuk menganalisis sejauh mana konsep transendensi feminin dapat berkontribusi bagi gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kepustakaan. Penulis membaca buku-buku Simone de Beauvoir dan buku-buku sumber sekunder yang berkaitan dengan tema skripsi ini. Simone de Beauvoir adalah salah satu filsuf dan feminis yang mengatakan bahwa menjadi perempuan adalah serangkaian tindakan yang bertujuan, sesuatu yang diperoleh melalui keterampilan secara bertahap, sebuah “proyek” untuk mengukuhkan perilaku dan tubuh sesuai dengan asumsi yang ditetapkan secara budaya. Peradaban sebagai satu kesatuan di tengah-tengah kompleksitas kejantanan dan impotensi yang mengonstruksi makhluk bernama perempuan. Karena hal tersebut, perempuan dipahami sebagai Liyan. Sedangkan, laki-laki adalah sang Diri sehingga dia memiliki kebebasan untuk menentukan makna eksistensinya sendiri. Ke-Liyanan perempuan itu berimplikasi pada pemahaman masyarakat yang hanya memandang perempuan sebagai pribadi yang inferior. Lebih lanjut lagi, de Beauvoir mengatakan bahwa perempuan mengalami represi melalui ke-Liyanannya. Berhadapan dengan situasi represi akibat ke-Liyanan tersebut, de Beauvoir memproposalkan tesis transendensi feminin. Menurutnya, keinginan perempuan untuk keluar dari situasi ketidakadilan itu dapat dilakukan dengan cara mentransendensikan definisi, label dan esensi yang menghalanginya. Dengan itu, perempuan menjadi Diri sama seperti laki-laki dan memiliki kebebasan untuk menjadikan dirinya sesuai dengan keinginannya. Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan ini, perempuan cenderung mengalami kekerasan dalam masyarakat yang berbudaya patriarki. Kekerasan itu berakibat pada penderitaan perempuan. Melalui situasi ini, perempuan menjadi sadar dan mulai berjuang untuk mengakhiri penderitaan yang dialaminya. Perempuan melakukan protes etis terhadap kemapanan budaya patriarki. Hal ini menjadi cikal bakal munculnya gerakan feminisme. Gerakan feminisme bertujuan untuk memperjuangkan emansipasi perempuan. Melalui emansipasi, perempuan mendapatkan pengakuan, kesetaraan dan kesempatan yang sama seperti laki-laki untuk mengakses pelbagai peluang di ranah publik.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Perempuan, kekerasan, transendensi feminin dan emansipasi perempuan. |
Subjects: | 200 – Agama > 260 Teologi sosial dan gerejawi > 261 Teologi sosial 300 – Ilmu Sosial > 300 Ilmu sosial > 305 Kelompok-kelompok sosial |
Divisions: | 75201 Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Mr Fransiskus Xaverius Sabu |
Date Deposited: | 09 May 2022 02:24 |
Last Modified: | 28 Dec 2022 01:29 |
URI: | http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/1204 |
Actions (login required)
View Item |